1.
PENDAHULUAN

2.SEKILAS TENTANG PERTOBATAN DAN KORBAN
2.1.Bertobat
Menurut Perjanjian Lama
Dalam bahasa Ibrani kata syuv berarti berputar, berbalik kembali.
Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Dalam kitab Yeremia
3:14 diterjemahkan “kembalilah”, dalam Mazmur 78:34 diterjemahkan “berbalik”,
Yeremia 18:8 “bertobat”. Dalam Perjanjian Lama cakupan pertobatan itu melebihi
dukacita-penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Jadi pertobatan itu
adalah perubahan yang sungguh dan benar-benar merindukan Tuhan Allah
(Bnd.Ul.4:29).
2.2.Bertobat
Menurut Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa
kata yang dipakai untuk kata bertobat yakni Metanoia
dan Metanoeo, (Luk.17:3,
Ibr.12:17) artinya ialah menyesal dan juga memperbaiki kesalahan. Selanjutnya
ada kata epistrefo, dalam arti
harafiah diartikan ‘kembali’ atau ‘berpaling’ (Mat.10:13, 24:18, Kis.16:18, Why.1:12).
Jadi pertobatan adalah sikap yang sadar akan keadaan manusia-dunia yang
berdosa, sedangkan upah dosa adalah maut (Rm.6:23). Agar memperoleh keselamatan
itu, manusia yang berdosa harus menyadari keberdosaannya dan berpaling atau
kembali kepada Allah.
2.3.Mempersembahkan
Korban
Ada beberapa jenis korban dalam
Perjanjian Lama, antara lain:
Korban Bakaran (‘Ola)
Korban Sajian (Minkha)
Korban Perdamaian (Zevakh)
Korban Penghapus Dosa (Khatta’t)
Korban Penebus Salah (‘asyam), dll
Bahan korban yang dipersembahkan
haruslah ternak atau burung yang halal (Kej.8:20, Im.1:3, 1:14). Seluruh korban
itu diberikan demi kesenangan hati Allah (Im.2:2) dan juga memohon kepada Allah
akan pengampunan, perdamaian dan juga penebusan. Boleh dikatakan bahwa
seolah-olah mempersembahkan korban itu untuk mengambil hati Allah dengan
harapan permohonan yang menyampaikan korban terkabul, seolah-olah Allah dalam
pandangan ini dapat disuap. Namun, tidak semua bentuk penyampaian korban itu
sama dengan hal tersebut, sebab ada juga korban ungkapan syukur kepada Allah
(Im.7:12-13).
3.PENJELASAN NATS
Perikop ini didahului dengan
menyebutkan Sodom dan Gomora yang merupakan kota yang ada didataran rendah yang
dihancurkan oleh api dari surge karena keberdosaan mereka (Kej.19). Pada ayat 10
para pemimpin Yehuda disapa dengan ‘pangeran
dari Sodom’ dan rakyatnya dengan ‘rakyat
Gomora’, artinya baik pemimpin dan rakyatnya sama-sama sudah rusak karena
dosa. Allah menunjukkan ketidaksetujuannya dengan kehidupan bangsa itu yang
menyampaikan korban binatang dan perayaan-perayaan mereka, kenapa? Karena perayaan
mereka penuh dengan kejahatan (ayt.13) dan tangan mereka penuh dengan darah
(ayt.15). Bukan karena kurban-kurban namun juga karena pelanggaran-pelanggaran
dalam hidup mereka. Yesaya tidak menentang upacara-upacara itu semata, namun
pola implementasi hidup mereka sebagai bangsa yang dimiliki oleh Yahwe sudah
bertentangan dengan kehendak Allah.
Jadi Allah sangat benci dengan
kemunafikan bangsa itu dengan perilaku-perilaku ibadah mereka yang menginjak-injak
pelataran Allah. Namun Allah menyerukan perubahan bangsa itu, agar mereka hidup
benar dalam kehendak Allah. Melalui Yesaya Allah meminta “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang
jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik;
usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim,
perjuangkanlah perkara janda-janda!” (16-17). Tuhan Allah menginginkan
bangsa itu sadar bahwa mereka sudah berdosa dihadapnNya. Mereka harus menyesal
dengan perbuatannya dengan bertobat dari kesalahannya dan kembali menghadap
Allah. Dengan kembali pada kebenaran Allah, maka dengan sendirinya mereka akan
melakukan apa yang baik dan benar dihadapan Allah, dengan berbuat baik, adil
dan membela hak anak-anak yatim serta memperjuangkan perkara janda-janda.
Dengan sendirinya juga Allah akan memberikan pengampunanNya.
4.APLIKASI
Saudara-saudara suka maupun tidak
suka, jika manusia yang masih tinggal di dunia adalah berdosa maka kematian
adalah konsekwensi yang harus diterima. Tentunya manusia tidak menghendaki kesiasiaan
dalam hidupnya, semua menginginkan keselamatan dan kehidupan yang kekal. Sebab
Firman Allah dalam kitab Amos 10:16 dikatakan “Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang
fasik membawa kepada dosa”. Namun perlu diingat, bukan karena perbuatan
baik seseorang manusia akan beroleh keselamatan Allah, namun hanya karena Kasih
Tuhan Allah semata (Sola Gracia).
Sama halnya dengan bangsa Yehudayang memberikan korban dan merayakan hari raya mereka, namun mereka tetap saja
berdosa dihadapan Allah dan akan memperoleh hukuman. Sebab hal-hal baik yang
mereka lakukan itu bukan berasal dari kesungguhan mereka sebagai pewujud
kehendak Allah, namun hanya kesenangan mereka belaka. Oleh karenanya Allah
menginginkan perbuatan-perbuatan baik itu berlandasakan iman kepadaNya. Dengan
keterbatasan dan dosa manusia tidak ada jalan yang dapat diciptakan untuk memperoleh
keselamatan itu, Dengan keadaan manusia yang demikianlah, atas kasih dan
karunia Allah semata, Dia telah memberikan jalan untuk memperoleh keselamatan
itu, yakni Tuhan Yesus Kristus. Kitab Roma 6:23 mengatakan “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia
Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Tuhan Yesus Kristus telah mati
menjadi korban tebusan bagi semua orang yang berdosa. Jadi korban untuk
memperoleh pengampunan, tebusan dan keselamatan sudah digenapi Tuhan Yesus
Kristus. Dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, maka akan memperoleh seluruh
berkat itu dan akan berkat itu akan mendorong setiap orang untuk hidup
bersyukur, dengan hidup adil, jujur, mencintai kebenaran Allah dan berjuang
untuk berbuat kebaikan.
Secara umum, pertobatan itu ialah
perubahan dari yang tidak baik berbalik kearah yang baik. Sama dengan seseorang
yang berjalan menuju satu tujuan, namun dalam perjalanannya salah arah. Dengan salah
arah maka akan salah tujuan niscaya juga tidak akan sampai pada tempat atau
sesuatu yang dituju. Dengan kesadaran akan kekeliruannya, maka perlu untuk
berbalik kejalan yang benar lalu mengikuti jalan itu sampai ke tujuan. Jangan berbalik
lagi karena itu sama artinya dengan kembali mengalami kesesatan. Pertobatan itu
sekali dan untuk selamanya, sama halnya dengan karya Tuhan Yesus Kristus yang
datang untuk memberikan diriNya korban dan keselamatan hanya sekali dan itu
untuk selamanya serta bagi semua orang. Hal itu juga menyatakan bahwa
pertobatan itu perubahan 180 derajat, dari pelaku pelanggar Firman menjadi
pelaku seturut Firman, dari kungkungan dosa, berubah menjadi hidup dalam
tuntunan kebenaran Tuhan.
Dihadapan Allah Bertobat itu adalah
ibadah yang sejati. Ibadah sejati itu (Bertobat) jauh dari kemunafikan, namun
ibadah sejati itu hidup bersama Allah. Ibadah yang sejati (bertobat) itu bukan
soal persembahan dan ritus, namun hidup dalam kehendak Allah, baik dalam ibadah
dan perayaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mari jadikan hidup kita
menjadi kemuliaan bagi Allah. Amin
Duri, 05 November 2016
Rev.Edward
Manalu, S.Th
Sola Independent. Salam Minggu advent kasih karumia Ketuhanan pada epitrinitas persekutuan yang kudus
ReplyDeleteSyukur dalam segala gejala kasih Anak Allah n perbuatan perbuatan mujizat juga pengelihatan pada tahun fiscal ini. Kegagalan. Pembunuhan, prokes, kegagalan economi, bencana alam n dampak perang maupun yang terakhir belum signify pada gejala kasih Anak Allah.Merdeka amin