Monday, 28 November 2016

Khotbah Roma 15 : 4 - 13 Berpegang Teguh Pada Pengharapan



Pendahuluan
Kota Roma didirikan pada tahun 753 sM, merupakan tempat bertemunya dan bercampurnya bangsa-bangsa. Tentang masuknya kekristenan di Roma diterangkan dalam Perjanjian Baru. Keterkaitan Paulus dengan Roma diketahui pertama kali dari perjumpaannya dengan Akwila dan istrinya Priskilia di Korintus (Kis.18:2). Suami istri itu meninggalkan Roma karena Kaisar  Klaudius mengisir orang Yahudi dari sana. Namun tidak jelas apakah Akwila dan Priskilia sudah menjadi Kristen atau tidak. Setelah bertemu dengan pasangan suami istri tersebut Paulus memutuskan harus melihat Roma (Kis.19:21). Selang beberapa waktu kemudian, saat menulis surat Roma, ia ingin mengunjungi temannya di situ dalam perjalanannya ke Spanyol (Roma 15:24).

Pada masa itu Roma adalah kota yang sangat penting. Keinginan Paulus yang kuat untuk datang ke Roma, menjadi alasan juga mengapa kota Roma dianggap penting. Keinginan Paulus datang ke Roma adalah untuk memberitakan Injil. Dengan menyebarnya Injil di Roma yang nota benenya adalah tempat tinggal dan bertemunya banyak suku bangsa, tentunya akan memiliki nilai penyebaran yang baik bagi kekristenan.

Dengan melihat Surat Roma besar kemungkinan bahwa jemaat Kristen disana terdiri dari Yahudi dan non Yahudi, dimana keberadaan kelompok Yahudi adalah minoritas pada kota itu. Karena dalam surat Roma ini, kelihatannya Paulus terkadang berbicara khusus kepada kelompok Yahudi, seperti sebutan “Abraham” “bapa kita” (4:1) dan dalam hal lain ia berbicara kepada yang non Yahudi (1:5 dsb; 11:13; 28:31).

Sama halnya dengan kekristenan di Indonesia demikian juga posisi Yahudi dalam jemaat Roma yang minoritas. Paulus mengangap penting menyapa jemaat Roma dengan keadaan yang demikian, agar jemaat Roma dapat bertahan dalam keharmonisan, walaupun dengan berbagai suku dan bangsa (Yahudi dan non Yahudi) serta keragaman kuantitas. Jemaat dengan keragaman itu, bukanlah menjadi jemaat tanpa pengharapan, justru dengan keadaan itu, jemaat perlu berpegang teguh pada sumber pengharapannya, yakni Tuhan Yesus Kristus.

Keterangan Nats
Berpegang Teguh Pada Pengharapan (4)
http://solascrip.blogspot.co.id/2016/11/khotbah-roma-15-4-13-berpegang-teguh.htmlHidup tanpa pengharapan, sama halnya dengan hidup tanpa masa depan. Tanpa pengharapan akan mengakibatkan sikap pesimistis akan masa depan yang lebih baik. Untuk menghadapi kehidupan ini perlu pengharapan, sebab dengan pengharapan akan menambah semangat seseorang untuk mencapai sesuatu. Rasul Paulus memberikan pengertian kepada jemaat Roma untuk hidup dalam pengharapan. Pengharapan yang dimaksud adalah pengharapan yang telah diberikan oleh Allah, yang sudah tertulis dalam Alkitab.

Pada ayat 4 dinyatakan “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci”. Alkitab berisi pelajaran bagi orang Kristen, pelajaran itu diberikan supaya orang percaya teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan. Pengharapan harus dipegang, jangan sampai lepas, oleh karenanya setiap orang yang berpengharapan adalah orang yang memiliki ketekunan. Sebab dengan melihat serta memaknai kehidupan ini, tentunya terkadang seolah-olah tidak ada pengharapan. Untuk menghadapi masa paling sulit sekalipun, bukan berarti tidak ada jalan keluar, asalkan tetap bertekun memegang erat pengharapan.

Dalam Kerukunan Memuliakan Allah (5-6)
Rasul Paulus juga mengharapkan dan menghimbau agar jemaat di Roma hidup dalam kerukunan. Kepelbagaian suku bangsa dalam persekutuan, tidaklah menjadi penghalang adanya kesatuan untuk memuji dan memuliakan Allah serta berbuat kasih. Keragaman suku bangsa dalam satu jemaat adalah kekayaan yang patut di syukuri. Dengan keragaman dalam satu jemaat, tentunya akan memberikan nilai tambah pada jemaat itu sendiri untuk melaksanakan kehendak Allah.

Perbedaan atau keragaman adalah karya ciptaan Allah, keragaman itu juga menunjukkan bahwa Allah memiliki daya cipta yang luar biasa. Keragaman dapat juga dinyatakan sebagai bentuk dari kebesaran dan kemahakuasaan Allah, oleh sebab itu segala perbedaan bukan menjadi tembok penghalang untuk memuliakan Allah dalam kebesaran dan kemahakuasaanNya. Justru dengan keragaman itulah seharusnya manusia semakin sadar dan bersyukur bahwa Allah patut untuk di sembah, sebab Dia mahakuasa.

Kesatuan Allah adalah Ajakan Bagi Bangsa-Bangsa Memuji Tuhan
Banyak perbedaan yang pasti akan dijumpai dalam satu jemaat, seperti yang terjadi dalam jemaat Roma, ada Yahudi ada non Yahudi. Bukan hanya perbedaan suku dan bangsa, namun dalam satu jemaat biasa dan bisa saja hanya ada satu suku dan bangsa, seperti kebanyakan gereja yang ada di Indonesia. Namun hal itu tidak menjamin adanya keselarasan pemahaman dalam jemaat itu. Kenyataannya masih ada kita dengar gereja yang memisahkan diri dari sinodenya lalu membuka gereja yang baru dan membuka sinodenya yang baru juga. Ada juga jemaat yang harus menerima siasat gereja, namun tidak bisa menerimanya, akhirnya pergi ke sekte yang lain dan diterima. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari perbedaan pemahaman dan kehidupan bergereja yang dapat kita temui saat ini.

Dalam ayat 7 pada perikop ini rasul Paulus mengatakan “terimalah yang satu dengan yang lain, seperti Kristus juga telah menerima kita”. Dalam nats ini kata kunci untuk membentuk kesatuan itu adalah “saling menerima”. Sikap saling menerima perbedaan tentunya perlu untuk dipahami dengan sebaik-baiknya. Apakah gereja dituntut untuk menerima kesesatan? Tentunya tidak sesederhana itu yang dimaksudkan oleh Paulus. Saling menerima dalam nats ini ialah didalam Kristus. Tuhan Yesus Kristus menerima kita dengan kepelbagaian dosa dan kehidupan serta cara pandang kita, namun perlu dipahami Tuhan Yesus tidak pernah menerima Iblis untuk diselamatkan. Tuhan Yesus Kristus menerima kita dengan kasihNya dan tentunya kita juga akan menerima yang satu dengan yang lain dengan kasih Tuhan Yesus Kristus. Didalam Tuhan Yesus Kristus akan menerima pembenaran dan kasih. Setiap yang diterima oleh Tuhan Yesus sudah memperoleh pembenaran dan kasihNya. Oleh karenanya, menerima satu dengan yang lain tidak terlepas dari pembenaran dan kasih Allah. Itulah yang menyebabkan gereja dapat menerima orang-orang yang dianggap sangat berdosa, namun harus diingat haruslah siap untuk masuk kedalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus Kristus.

Demikian halnya dalam kepelbagaian dalam jemaat, harus bisa saling menerima yang satu dengan yang lain, namun tetap berada dalam posisi pembenaran dan kasih dari Tuhan Yesus Kristus. Dengan saling menerima didalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus Kristus, maka akan terjadi saling menerima dan terjadilah harmoni kedamaian. Dengan terciptanya kedamaian dalam satu jemaat, ini akan memberikan efek yang baik dalam pekabaran Injil. Suku dan bangsa akan melihat jemaat yang hidup dalam damai itu sebagai contoh yang baik untuk ditiru, dan juga akan diikuti. Dengan demikian nama Allah akan dimuliakan oleh suku dan bangsa.

Penutup
Sepanjang masih hidup dalam dunia yang fana ini tentunya akan menemui berbagai ragam kehidupan didalamnya. Kehidupan silih berganti dengan kemakmuran dan kemiskinan, kesukaan dan kesukaran, bahagia dan bersedih serta banyak hal lainnya akan ditemui. Bagaimana pun kenyataan yang kita hadapi, bukanlah menjadi akhir dari pengharapan kita. Sebab pengharapan orang percaya bukanlah dunia ini, melainkan datang dan bersumber dari atas, yaitu Tuhan Yesus Kristus sebagaimana yang disaksikan oleh Alkitab.

Kepelbagaian tidaklah menjadi penghalang pujian dan aksi kasih dalam jemaat, namun menjadi kekuatan yang perlu dihimpun di dalam kasih Allah untuk berbuat kehendak Allah.

Kita sudah diperdamaiakan oleh Allah dengan diriNya, oleh karya Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenanya mari berusaha saling menerima kepelbagaian didalam kasih dan pembenaran Tuhan Yesus Kristus. Hidup saling menerima perbedeaan didalam kasih dan pembenaran Tuhan Yesus Kristus akan akan menciptakan kedamaian didalam kebenaran. Dengan kebersamaan dan kedamaian jemaat maka dunia akan ikut memuliakan dan berpengharapan kepada Allah. Amin

Duri, 29 November 2016

No comments:

Post a Comment