Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan YesusKristus, untuk menambah pemahaman tentang perikop ini, sangatlah perlu melihat
siapa dan bagaimana orang Saduki. Kaum Saduki sering disebut dalam Alkitab
bersama dengan kaum Farisi, namun dalam kenyataannya kedua golongan ini
terpisah dan memiliki pandangan yang berbeda bahkan bertentangan dalam segala
hal. Kaum Saduki hanyalah kaum kelompok kecil, tetapi memiliki pengaruh.
Utamanya mereka terdiri dari imam yang terkemuka di Bait Allah di Yerusalem dan
juga golongan-golongan yang paling berada dari masyarakat Yahudi. Mereka sangat
konservatif dalam segala hal dan membenci perubahan dalam bentuk apapun,
terutama yang dapat mempengaruhi posisi dominan mereka di masyarakat.
Kemungkinan mereka percaya akan kedatangan mesias, namun mereka tidak mau
melancarkan protes-protes politik. Hal itu akan memnimbulkan persoalan dengan
pihak Roma.
Nama Saduki mungkin sekali berarti “Putra
Zadok” (2 Sam.15-24-29), walaupun kaum Saduki pasti bukan langsung keturunan
Zadok yang disebut dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa Ibrani yang berarti “interitas
moral” atau yang berarti “kebenaran” (tsaddiq)
atau kata Yunani “Sundikhoi” yang
berarti “anggota-anggota dewan”. Bisa dilihat bahwasanya anggota Sanhedrin yang
terdiri dai tujuh puluh anggota kebanyakan kaum Saduki.
Jika kaum Saduki dianggap kaum konservatif
secara politik, maka pengertian mereka terhadap agama Jahudi dapat disebut
reaksioner. Mereka berpendapat bahwa satu-satunya pengajaran agama yang
berwibawa hanya Taurat yang diberikan Musa dalam kelima kitab pertama dalam
Perjanjian Lama. Oleh karenanya, mereka kurang mempedulikan kitab-kitab
Perjanjian Lama yang lain. Kaum Saduki tidak percaya akan kepercayaan Yahudi
secara umum bahwa Allah mempunyai tujuan dibalik peristiwa-peristiwa sejarah,
termasuk hal kehidupan kekal, kebangkitan kembali dan penghakiman terakhir.
Maka dalam perikop ini, terjadilah interaksi kaum Saduki dengan Tuhan Yesus,
tentang kebangkitan.
KETERANGAN
Pertanyaan Saduki Tentang Kebangkitan (27-33)
Saduki berusaha mencobai Tuhan Yesus dengan
memperhadapkan antara pemahaman yang satu dengan yang lainnya yang tertera
dalam kitab suci. Usaha mereka bertujuan agar Tuhan Yesus ikut dengan pemahaman
mereka dan menyatakan pemahaman yang lain itu salah. Orang Saduki jelas tidak
percaya akan kebangkitan setelah kematian. Cara pandang mereka dapat dilihat
dari kesaksian Alkitab ayat 27 dalam pasal ini. Selanjutkan mereka menyatakan
pandangan mereka dengan bertanya kepada Tuhan Yesus dengan membuat hubungannya
dengan Taurat yang disebutkan oleh Musa tentang Hukum Perkawinan Levirat
(Ulangan 25:5-6, Rut 3:9-4:12). Dikatakan bagaimana mungkin ada kebangkitan
jika dilihat dari sisi Taurat tentang perkawinan antara seorang wanita dengan
tujuh orang yang bersaudara secara bergantian. Awalnya wanita itu menikah
dengan si sulung, selanjutnya menikah dengan sinomor dua, dan begitu
selanjutnya sampai kepada saudaranya yang ketujuh, lalu mereka mati dan tidak
ada anak diperoleh dari perempuan itu sebagai keturunan. Dari ketujuh
bersaudara itu, siapakah yang akan menjadi suami dari perempuan itu pada saat
kebangkitan?
Pertanyaan Saduki itu, menjadi bukti
bahwasanya mereka memahami kehidupan setelah kematian dan kebangkitan itu sama sekali
tidak mungkin, sebab bagaimana mungkin kebangkitan itu terjadi, padahal sudah
selesai dari hidup. Padangan mereka yang rasinal itu juga ditambahi dengan
ketidak percayaan mereka akan adanya roh. Itulah sebabnya mereka lebih
mengandalkan kedagingan untuk memahami hidup. Sudah barang tentu akan sulit
percaya dengan kebangkitan, sebab pada prosesnya juga, seorang yang sudah mati
akan kembali menjadi tanah. Bagaimana mungkin tanah itu bangkit menjadi manusia
kembali dan menjalani kehidupannya sama halnya dengan kehidupan di bumi. Adanya
perkawinan, artinya keberadaan yang sama antara kehidupan di bumi ini dan
setelah kehidupan setelah kebangkitan. Penggunaan Hukum Taurat yang tertulis
dalam kelima kitab Musa (Pentateukh)
menjadi dasar utama kaum Saduki untuk membuat penilaian terhadap ajaran-ajaran
yang ada termasuk ajaran tentang kebangkitan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Jawaban Tuhan Yesus Tentang Kebangkitan (34-36)
Sangatlah berbeda pemahaman yang diberikan
oleh Tuhan Yesus tentang kebangkitan, dengan pemahaman yang diharapkan oleh
kaum Saduki. Yesus menngatakan bahwa tidaklah sama antara kehidupan dunia dan
kehidupan setelah dibangkitkan, didalam dunia ada perkawinan sementara
kehidupan setelah kebangkitan tidak ada lagi yang demikian. Manusia yang
dibangkitkan tidak akan mati sama dengan malaikat. Dari jawaban yang diberikan
Tuhan Yesus tersebut, kita akan memperoleh pengertian bahwasanya tidak akan
mampu sisi kemanusiaan kita untuk memahami rancangan kebangkitan itu. Perlu diketahui
bahwasanya kedatangan orang Saduki sekaligus ingin menguji konsep pemahaman
mereka yang tidak mengakui adanya kebangkitan setelah kematian. Sehingga jawaban
Tuhan Yesus tersebut “ibarat senjata makan tuan” atau melempar ban yang berisi
angin, sehingga pada saat dilempar akan memantulkan benda yang dilemparkan tersebut.
Maksud orang saduki yang mencari pembenaran akan pemahaman mereka yang sesat
memperoleh balasan jawaban yang penuh berkat bagi orang Saduki, jika mereka mau
percaya dengan jawaban Tuhan Yesus.
Allah Yang Hidup Bagi Orang Yang Hidup (37-38)
Kembali Yesus juga menyampaikan ajaran Musa,
bahwasanya Musa juga percaya akan kebangkitan hidup ketika ia berbicara
mengenai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub yang masih hidup sebelum
dia. Bukan hanya kaum Saduki, secara umum Yahudi mengakui bahwa Allah yang
benar-benar Allah itu ialah Allah yang disembah oleh nenek moyang mereka, yakni
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Seluruhnya itu tertulis juga dalam
kelima kitab Musa. Tentunya keterangan ini kembali merongrong pemahaman Saduki
tentang kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Sebab mereka mengakui bahwasanya
Allah yang mereka sembah itu adalah Allah yang ada dan nyata. Dengan demikian
Allah itu bukan mati dan bukan Allahnya orang mati. Allah itu hidup dan Allah
orang hidup. Dengan percaya kepada Allah maka akan memperoleh kehidupan yang
diberikan oleh Allah itu sendiri, setelah kematian maka akan ada kebangkitan
hidup. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Tuhan Yesus sendiri yang mati dan
bangkit pada hari ketiga. Kebangkitan Tuhan Yesus menjadi jaminan kebangkitan
bagi orang-orang yang percaya kepadaNya.
KESIMPULAN
Bukan hanya Yesus yang bangkit dari kematian,
namun semua orang juga akan bangkit. Yesus mematahkan ketidak percayaan
kelompok Yahudi dalam perikop ini. Pernyataan ini juga diikuti dengan kepastian
yang disampaikan oleh Tuhan Yesus Kristus “Akulah kebangkitan dan hidup ,
barangsiapa yang percaya kepadaKu ia akan hidup walaupun ia sudah mati”
(Yohanes 11:25). Demikian juga yang disampaikan oleh Petrus bahwa Allah telah
melahirkan kita kembali oleh kbangkian Yesus Kristus dari antara orang mati,
suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Petrus 1:3).
Dengan tidak terkecuali, semua orang akan
dibangkitkan. Namun bukan berarti seluruhnya memperoleh kebangkitan dalam
berkat. Yesus berbicara tentang “kebangkitan untuk kehidupan yang kekal”,
tetapi juga “kebangkitan untuk penghukuman” (Yohanes 5:29). Ajaran Perjanjian
Baru tegas, bahwasanya semua akan dibangkitkan, namun siapa yang tidak percaya
akan memperoleh kebangkitan dengan memperoleh kepahitan yang mutlak. Sedangkan
untuk orang percaya akan memperoleh sukacita dan kegembiraan abadi.
Janganlah hanya memikirkan yang ada dalam
dunia ini. Benar bahwa kita masing berada diduania ini, namun kita bukan
berasal dari dunia ini dan tidak akan selamanya berada di dunia ini. Kita berasal
dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Hidup di dunia ini menjadi satu
persiapan menuju asal kita yakni Allah itu sendiri.
Bagi setiap orang yang percaya baiklah
menggunakan rasio untuk hal yang rasionil. Namun untuk memahami Allah tidaklah
sanggup dengan rasio kita, bahkan orang beriman sekalipun tidak akan sanggup
untuk memahami karya kebesaran Allah. Sebab Allah itu bukan untuk dipahami,
namun Allah itu untuk dipercaya (diimani) sampai kita menuju kehidupan yang
kekal itu.
Baca Juga Khotbah Mazmur 17:1-9 Berdoalah Didalam Kebenaran
Baca Juga Khotbah Mazmur 17:1-9 Berdoalah Didalam Kebenaran
Duri,
03 November 2016
Rev.Edward
Manalu, S.Th
No comments:
Post a Comment