Tuesday, 1 November 2016

Khotbah Lukas 20:27-38 Kebangkitan dan Hidup Kekal



PENDAHULUAN
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan YesusKristus, untuk menambah pemahaman tentang perikop ini, sangatlah perlu melihat siapa dan bagaimana orang Saduki. Kaum Saduki sering disebut dalam Alkitab bersama dengan kaum Farisi, namun dalam kenyataannya kedua golongan ini terpisah dan memiliki pandangan yang berbeda bahkan bertentangan dalam segala hal. Kaum Saduki hanyalah kaum kelompok kecil, tetapi memiliki pengaruh. Utamanya mereka terdiri dari imam yang terkemuka di Bait Allah di Yerusalem dan juga golongan-golongan yang paling berada dari masyarakat Yahudi. Mereka sangat konservatif dalam segala hal dan membenci perubahan dalam bentuk apapun, terutama yang dapat mempengaruhi posisi dominan mereka di masyarakat. Kemungkinan mereka percaya akan kedatangan mesias, namun mereka tidak mau melancarkan protes-protes politik. Hal itu akan memnimbulkan persoalan dengan pihak Roma.
http://solascrip.blogspot.co.id/2016/11/khotbah-lukas-2027-38-kebangkitan-dan.html


Nama Saduki mungkin sekali berarti “Putra Zadok” (2 Sam.15-24-29), walaupun kaum Saduki pasti bukan langsung keturunan Zadok yang disebut dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa Ibrani yang berarti “interitas moral” atau yang berarti “kebenaran” (tsaddiq) atau kata Yunani “Sundikhoi” yang berarti “anggota-anggota dewan”. Bisa dilihat bahwasanya anggota Sanhedrin yang terdiri dai tujuh puluh anggota kebanyakan kaum Saduki.

Jika kaum Saduki dianggap kaum konservatif secara politik, maka pengertian mereka terhadap agama Jahudi dapat disebut reaksioner. Mereka berpendapat bahwa satu-satunya pengajaran agama yang berwibawa hanya Taurat yang diberikan Musa dalam kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama. Oleh karenanya, mereka kurang mempedulikan kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain. Kaum Saduki tidak percaya akan kepercayaan Yahudi secara umum bahwa Allah mempunyai tujuan dibalik peristiwa-peristiwa sejarah, termasuk hal kehidupan kekal, kebangkitan kembali dan penghakiman terakhir. Maka dalam perikop ini, terjadilah interaksi kaum Saduki dengan Tuhan Yesus, tentang kebangkitan.

KETERANGAN
Pertanyaan Saduki Tentang Kebangkitan (27-33)
Saduki berusaha mencobai Tuhan Yesus dengan memperhadapkan antara pemahaman yang satu dengan yang lainnya yang tertera dalam kitab suci. Usaha mereka bertujuan agar Tuhan Yesus ikut dengan pemahaman mereka dan menyatakan pemahaman yang lain itu salah. Orang Saduki jelas tidak percaya akan kebangkitan setelah kematian. Cara pandang mereka dapat dilihat dari kesaksian Alkitab ayat 27 dalam pasal ini. Selanjutkan mereka menyatakan pandangan mereka dengan bertanya kepada Tuhan Yesus dengan membuat hubungannya dengan Taurat yang disebutkan oleh Musa tentang Hukum Perkawinan Levirat (Ulangan 25:5-6, Rut 3:9-4:12). Dikatakan bagaimana mungkin ada kebangkitan jika dilihat dari sisi Taurat tentang perkawinan antara seorang wanita dengan tujuh orang yang bersaudara secara bergantian. Awalnya wanita itu menikah dengan si sulung, selanjutnya menikah dengan sinomor dua, dan begitu selanjutnya sampai kepada saudaranya yang ketujuh, lalu mereka mati dan tidak ada anak diperoleh dari perempuan itu sebagai keturunan. Dari ketujuh bersaudara itu, siapakah yang akan menjadi suami dari perempuan itu pada saat kebangkitan?

Pertanyaan Saduki itu, menjadi bukti bahwasanya mereka memahami kehidupan setelah kematian dan kebangkitan itu sama sekali tidak mungkin, sebab bagaimana mungkin kebangkitan itu terjadi, padahal sudah selesai dari hidup. Padangan mereka yang rasinal itu juga ditambahi dengan ketidak percayaan mereka akan adanya roh. Itulah sebabnya mereka lebih mengandalkan kedagingan untuk memahami hidup. Sudah barang tentu akan sulit percaya dengan kebangkitan, sebab pada prosesnya juga, seorang yang sudah mati akan kembali menjadi tanah. Bagaimana mungkin tanah itu bangkit menjadi manusia kembali dan menjalani kehidupannya sama halnya dengan kehidupan di bumi. Adanya perkawinan, artinya keberadaan yang sama antara kehidupan di bumi ini dan setelah kehidupan setelah kebangkitan. Penggunaan Hukum Taurat yang tertulis dalam kelima kitab Musa (Pentateukh) menjadi dasar utama kaum Saduki untuk membuat penilaian terhadap ajaran-ajaran yang ada termasuk ajaran tentang kebangkitan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Jawaban Tuhan Yesus Tentang Kebangkitan (34-36)
Sangatlah berbeda pemahaman yang diberikan oleh Tuhan Yesus tentang kebangkitan, dengan pemahaman yang diharapkan oleh kaum Saduki. Yesus menngatakan bahwa tidaklah sama antara kehidupan dunia dan kehidupan setelah dibangkitkan, didalam dunia ada perkawinan sementara kehidupan setelah kebangkitan tidak ada lagi yang demikian. Manusia yang dibangkitkan tidak akan mati sama dengan malaikat. Dari jawaban yang diberikan Tuhan Yesus tersebut, kita akan memperoleh pengertian bahwasanya tidak akan mampu sisi kemanusiaan kita untuk memahami rancangan kebangkitan itu. Perlu diketahui bahwasanya kedatangan orang Saduki sekaligus ingin menguji konsep pemahaman mereka yang tidak mengakui adanya kebangkitan setelah kematian. Sehingga jawaban Tuhan Yesus tersebut “ibarat senjata makan tuan” atau melempar ban yang berisi angin, sehingga pada saat dilempar akan memantulkan benda yang dilemparkan tersebut. Maksud orang saduki yang mencari pembenaran akan pemahaman mereka yang sesat memperoleh balasan jawaban yang penuh berkat bagi orang Saduki, jika mereka mau percaya dengan jawaban Tuhan Yesus.

Allah Yang Hidup Bagi Orang Yang Hidup (37-38)
Kembali Yesus juga menyampaikan ajaran Musa, bahwasanya Musa juga percaya akan kebangkitan hidup ketika ia berbicara mengenai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub yang masih hidup sebelum dia. Bukan hanya kaum Saduki, secara umum Yahudi mengakui bahwa Allah yang benar-benar Allah itu ialah Allah yang disembah oleh nenek moyang mereka, yakni Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Seluruhnya itu tertulis juga dalam kelima kitab Musa. Tentunya keterangan ini kembali merongrong pemahaman Saduki tentang kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Sebab mereka mengakui bahwasanya Allah yang mereka sembah itu adalah Allah yang ada dan nyata. Dengan demikian Allah itu bukan mati dan bukan Allahnya orang mati. Allah itu hidup dan Allah orang hidup. Dengan percaya kepada Allah maka akan memperoleh kehidupan yang diberikan oleh Allah itu sendiri, setelah kematian maka akan ada kebangkitan hidup. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Tuhan Yesus sendiri yang mati dan bangkit pada hari ketiga. Kebangkitan Tuhan Yesus menjadi jaminan kebangkitan bagi orang-orang yang percaya kepadaNya.

KESIMPULAN
Bukan hanya Yesus yang bangkit dari kematian, namun semua orang juga akan bangkit. Yesus mematahkan ketidak percayaan kelompok Yahudi dalam perikop ini. Pernyataan ini juga diikuti dengan kepastian yang disampaikan oleh Tuhan Yesus Kristus “Akulah kebangkitan dan hidup , barangsiapa yang percaya kepadaKu ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25). Demikian juga yang disampaikan oleh Petrus bahwa Allah telah melahirkan kita kembali oleh kbangkian Yesus Kristus dari antara orang mati, suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Petrus 1:3).

Dengan tidak terkecuali, semua orang akan dibangkitkan. Namun bukan berarti seluruhnya memperoleh kebangkitan dalam berkat. Yesus berbicara tentang “kebangkitan untuk kehidupan yang kekal”, tetapi juga “kebangkitan untuk penghukuman” (Yohanes 5:29). Ajaran Perjanjian Baru tegas, bahwasanya semua akan dibangkitkan, namun siapa yang tidak percaya akan memperoleh kebangkitan dengan memperoleh kepahitan yang mutlak. Sedangkan untuk orang percaya akan memperoleh sukacita dan kegembiraan abadi.

Janganlah hanya memikirkan yang ada dalam dunia ini. Benar bahwa kita masing berada diduania ini, namun kita bukan berasal dari dunia ini dan tidak akan selamanya berada di dunia ini. Kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Hidup di dunia ini menjadi satu persiapan menuju asal kita yakni Allah itu sendiri.

Bagi setiap orang yang percaya baiklah menggunakan rasio untuk hal yang rasionil. Namun untuk memahami Allah tidaklah sanggup dengan rasio kita, bahkan orang beriman sekalipun tidak akan sanggup untuk memahami karya kebesaran Allah. Sebab Allah itu bukan untuk dipahami, namun Allah itu untuk dipercaya (diimani) sampai kita menuju kehidupan yang kekal itu.

Baca Juga Khotbah Mazmur 17:1-9 Berdoalah Didalam Kebenaran

Duri, 03 November 2016
Rev.Edward Manalu, S.Th

No comments:

Post a Comment