Menanti Kedatangan Tuhan Dengan Sabar, Bertumbuh dan Berbuah

Dengan demikian apa yang harus dilakukan
oleh manusia dalam penantiannya? Otoritas Allah dan otoritas manusia memiliki
jarak perbedaan yang sangat jauh. Jangankan untuk menentukan kedatangan Tuhan
dengan hikmat dan kebijaksanaan manusia, untuk mengetahui tentang kedatanganNya
saja manusia tidak memiliki otoritas, sebab Allah tidak memberikannya kepada
manusia. Dalam hal ini, Yakobus mengatakan bahwasanya manusia harus bersabar
untuk menanti kedatangan Tuhan. Namun dalam penantian dengan bersabar itu,
bukan berarti manusia tinggal berpangku tangan. Manusia harus mengisi waktu
dalam hidupnya dengan sebaik-baiknya.
Dalam ayat 7 dikatakan bahwasanya “seorang petani menantikan hasil dari
tanahnya”. Allah yang menciptakan Bumi dan segala isinya, Allah juga
menginginkan semua yang diciptakannya baik, dan itu bukan hanya keinginan,
sebab Allah memang menciptakan semua yang ada dengan baik. Keberadaan yang baik
ciptaan Allah itu, perlu dipelihara dengan baik dan nyatanya Allah memeliharanya
dengan baik. Seperti seorang petani Padi, ketika hanya menanam benih padinya
saja, tanpa adanya pemeliharaan, tentu saja pertumbuhan Padi itu akan tidak
baik. Dengan pertumbuhan yang tidak baik itu, tentu saja akan mengakibatkan
hasil panen yang tidak baik pula.
Allah memelihara semua ciptaanNya dengan
baik dan bahkan sangat baik. Semua manusia juga dipelihara oleh Allah, namun
ada keunikan jika berbicara tentang manusia, sebab manusia memiliki kehendak
dan kebebasan yang diberikan Allah. jika manusia dapat hidup dan mengikuti
pemeliharaan Allah, tentu saja manusia itu akan menghasilkan yang baik. Tetapi
jika sebaliknya manusia itu tidak mau tetap dalam pemeliharaan Allah tentu saja
akan menghasilkan yang tidak baik.
Padi yang ditanam akan tumbuh bersama
rumput yang lain, namun petani akan memusnahkan rumput yang mengganggu
pertumbuhan padi tersebut. Tanpa kita sadari, Allah juga memelihara kita dan
menjagai kita dari pemangsa yang akan memberikan kematian bagi kita, yaitu
rencana jahat dari si Iblis. Kita akan memperoleh perlindungan itu, jika kita
tetap bersama Allah, namun jika kita bersama si jahat maka tentu saja kita tidak
akan memperolehnya.
Jadi dalam menanti kedatangan Tuhan Yesus
Kristus, kita perlu menjadi padi yang baik, tetap hidup dalam kesabaran,
seperti padi yang tidak akan beranjak dari tempatnya jika tidak atas kehendak
petani, demikian juga kita dalam menantikan Tuhan jangan beranjak dari
kebenaran dan ketentuan Tuhan Yesus Kristus sampai kedatanganNya. Walaupun hujan
turun dan silih berganti dengan panas dan juga hujan musim semi, padi itu tidak
akan beranjak sendiri dari tempatnya. Demikian juga manusia yang menantikan
Tuhan tidak akan beranjak dari kebenaran Allah, sebab jika hujan dan terik matahari
dan juga hujan musim semi itu berasal dari Allah, maka semuanya itu akan menjadi
berkat bagi tanaman padi itu sendiri. Dengan hujan dan sinar panas matahari
itulah yang akan membuat padi itu bertumbuh dan berbuah.
Segera
Teguhkan Imanmu dengan Sabar, Bersyukurlah jangan bersungut-sungut dan saling
mempersalahkan agar engkau memperoleh selamat
Dalam ayat 8 dikatakan bahwa kedatangan
Tuhan sudah dekat dan ayat 9 dikatakan bahwa sesungguhnya Hakim telah berdiri
diambang pintu. Pernyataan ini mengandung hal yang mendesak dan perlu
dilasanakan dengan segera. Jangan menunggu dan atau menunda-nunda waktu untuk
segera melaksanakan penyambutan kedatangan Tuhan itu. Hal pertama dalam hal ini
yang perlu dilakukan adalah bersabar dan meneguhkan iman. Sekali lagi dalam hal
bersabar bukanlah tidak melaksanakan apa-apa, namun kata bersabar ialah dalam
penyambutan kedatangan itu perlu dengan persiapan yang sebaik-baiknya. Persiapan
yang mendesak itu ialah iman yang teguh. Iman yang teguh ialah kepercayaan dan
mempercayakan diri kepada Tuhan tanpa keragu-raguan dan tidak goyah oleh karena
hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam mempersiapkan penyambutan kedatangan
Tuhan Yesus Kristus. Sebab dalam iman yang teguh adalah hal yang sangat sulit
untuk dibangun, mungkin menyebutkan iman yang teguh gampang, namun dalam
pelaksanaannya, tidaklah segampang dengan cara penyebutannya. Dalam Ibrani 11 :
1 dikatakan bahwa “iman adalah dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat”. Mengharapkan yang sudah terlihat akan lebih mudah daripada
mengharapkan yang belum kelihatan, membuktikan yang kelihatan akan jauh lebih
mudah daripada membuktikan yang tidak kelihatan. Oleh karenanya, perlu
kesabaran untuk hidup bersama-sama dengan Allah. Kesabaran itu akan memberikan
keteguhan iman, asalkan tetap setia dalam kesabaran hidup dan melakukan
kehendak Tuhan Yesus Kristus sampai hari kedatanganNya.
Hal mendesak dan harus dilakukan sebelum
kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali ialah, janganlah
bersungut-sungut dan saling mempersalahkan supaya kamu jangan di hukum (ayat 9).
Allah menghendaki agar manusia mampu menerima segala sesuatu dan menghadapi
segala sesuatu dengan tetap hidup dalam tuntunan Allah. Dengan demikian maka
kita akan saling menghargai dan mengasihi antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan
antara yang satu dengan yang lain adalah bukti dari kekayaan hikmat Allah. Bukankah
Allah setiap yang diciptakan Allah semuanya berbeda? Walaupun dihadapan Allah
semua manusia sama. Jadi perbedaan itu adalah kekayaan hikmat Allah yang patut
disyukuri. Ya dengan di mensyukuri maka akan hilang sungut-sungut dan saling
mempersalahkan. Dalam penantian kita akan Tuhan Yesus perlu kita ingat, bahwa
Tuhan itu tidak akan datang sebagaimana kedatanganNya yang pertama untuk
memberikan jalan keselamatan dan pengajaran akan kehendak Allah. Namun kedatangan
kedua ialah sebagai Hakim yang menentukan benar atau salah, selamat atau tidak
selamat, sorga atau neraka.
Selanjutnya dalam ayat 10 dikatakan bahwa “turutilah teladan penderitaan dan kesabaran
para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan”. Penderitaan itu adalah
perjungan hidup dan bertahan bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus. Ada contoh
subjek dalam ayat ini menjadi teladan penderitaan dan kesabaran yaitu para nabi
yang telah berbicara demi nama Tuhan. Benar, bahwasanya para nabi yang sudah
berbicara demi nama Tuhan, tetap bertahan dalam kebenarannya, walaupun akan
memperoleh banyak tantangan dan penderitaan. Namun para nabi akan tetap setia
hidup dan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Kegigihan dan kepatuhan para
nabi itu layaknya menjadi contoh nyata bagi seluruh umat dalam menantikan
kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Amen
Duri,
06 Desember 2016
Rev.Edward
Manalu, S.Th
No comments:
Post a Comment