Monday, 28 November 2016

Khotbah Roma 15 : 4 - 13 Berpegang Teguh Pada Pengharapan



Pendahuluan
Kota Roma didirikan pada tahun 753 sM, merupakan tempat bertemunya dan bercampurnya bangsa-bangsa. Tentang masuknya kekristenan di Roma diterangkan dalam Perjanjian Baru. Keterkaitan Paulus dengan Roma diketahui pertama kali dari perjumpaannya dengan Akwila dan istrinya Priskilia di Korintus (Kis.18:2). Suami istri itu meninggalkan Roma karena Kaisar  Klaudius mengisir orang Yahudi dari sana. Namun tidak jelas apakah Akwila dan Priskilia sudah menjadi Kristen atau tidak. Setelah bertemu dengan pasangan suami istri tersebut Paulus memutuskan harus melihat Roma (Kis.19:21). Selang beberapa waktu kemudian, saat menulis surat Roma, ia ingin mengunjungi temannya di situ dalam perjalanannya ke Spanyol (Roma 15:24).

Pada masa itu Roma adalah kota yang sangat penting. Keinginan Paulus yang kuat untuk datang ke Roma, menjadi alasan juga mengapa kota Roma dianggap penting. Keinginan Paulus datang ke Roma adalah untuk memberitakan Injil. Dengan menyebarnya Injil di Roma yang nota benenya adalah tempat tinggal dan bertemunya banyak suku bangsa, tentunya akan memiliki nilai penyebaran yang baik bagi kekristenan.

Dengan melihat Surat Roma besar kemungkinan bahwa jemaat Kristen disana terdiri dari Yahudi dan non Yahudi, dimana keberadaan kelompok Yahudi adalah minoritas pada kota itu. Karena dalam surat Roma ini, kelihatannya Paulus terkadang berbicara khusus kepada kelompok Yahudi, seperti sebutan “Abraham” “bapa kita” (4:1) dan dalam hal lain ia berbicara kepada yang non Yahudi (1:5 dsb; 11:13; 28:31).

Sama halnya dengan kekristenan di Indonesia demikian juga posisi Yahudi dalam jemaat Roma yang minoritas. Paulus mengangap penting menyapa jemaat Roma dengan keadaan yang demikian, agar jemaat Roma dapat bertahan dalam keharmonisan, walaupun dengan berbagai suku dan bangsa (Yahudi dan non Yahudi) serta keragaman kuantitas. Jemaat dengan keragaman itu, bukanlah menjadi jemaat tanpa pengharapan, justru dengan keadaan itu, jemaat perlu berpegang teguh pada sumber pengharapannya, yakni Tuhan Yesus Kristus.

Keterangan Nats
Berpegang Teguh Pada Pengharapan (4)
http://solascrip.blogspot.co.id/2016/11/khotbah-roma-15-4-13-berpegang-teguh.htmlHidup tanpa pengharapan, sama halnya dengan hidup tanpa masa depan. Tanpa pengharapan akan mengakibatkan sikap pesimistis akan masa depan yang lebih baik. Untuk menghadapi kehidupan ini perlu pengharapan, sebab dengan pengharapan akan menambah semangat seseorang untuk mencapai sesuatu. Rasul Paulus memberikan pengertian kepada jemaat Roma untuk hidup dalam pengharapan. Pengharapan yang dimaksud adalah pengharapan yang telah diberikan oleh Allah, yang sudah tertulis dalam Alkitab.

Pada ayat 4 dinyatakan “Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci”. Alkitab berisi pelajaran bagi orang Kristen, pelajaran itu diberikan supaya orang percaya teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan. Pengharapan harus dipegang, jangan sampai lepas, oleh karenanya setiap orang yang berpengharapan adalah orang yang memiliki ketekunan. Sebab dengan melihat serta memaknai kehidupan ini, tentunya terkadang seolah-olah tidak ada pengharapan. Untuk menghadapi masa paling sulit sekalipun, bukan berarti tidak ada jalan keluar, asalkan tetap bertekun memegang erat pengharapan.

Dalam Kerukunan Memuliakan Allah (5-6)
Rasul Paulus juga mengharapkan dan menghimbau agar jemaat di Roma hidup dalam kerukunan. Kepelbagaian suku bangsa dalam persekutuan, tidaklah menjadi penghalang adanya kesatuan untuk memuji dan memuliakan Allah serta berbuat kasih. Keragaman suku bangsa dalam satu jemaat adalah kekayaan yang patut di syukuri. Dengan keragaman dalam satu jemaat, tentunya akan memberikan nilai tambah pada jemaat itu sendiri untuk melaksanakan kehendak Allah.

Perbedaan atau keragaman adalah karya ciptaan Allah, keragaman itu juga menunjukkan bahwa Allah memiliki daya cipta yang luar biasa. Keragaman dapat juga dinyatakan sebagai bentuk dari kebesaran dan kemahakuasaan Allah, oleh sebab itu segala perbedaan bukan menjadi tembok penghalang untuk memuliakan Allah dalam kebesaran dan kemahakuasaanNya. Justru dengan keragaman itulah seharusnya manusia semakin sadar dan bersyukur bahwa Allah patut untuk di sembah, sebab Dia mahakuasa.

Kesatuan Allah adalah Ajakan Bagi Bangsa-Bangsa Memuji Tuhan
Banyak perbedaan yang pasti akan dijumpai dalam satu jemaat, seperti yang terjadi dalam jemaat Roma, ada Yahudi ada non Yahudi. Bukan hanya perbedaan suku dan bangsa, namun dalam satu jemaat biasa dan bisa saja hanya ada satu suku dan bangsa, seperti kebanyakan gereja yang ada di Indonesia. Namun hal itu tidak menjamin adanya keselarasan pemahaman dalam jemaat itu. Kenyataannya masih ada kita dengar gereja yang memisahkan diri dari sinodenya lalu membuka gereja yang baru dan membuka sinodenya yang baru juga. Ada juga jemaat yang harus menerima siasat gereja, namun tidak bisa menerimanya, akhirnya pergi ke sekte yang lain dan diterima. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari perbedaan pemahaman dan kehidupan bergereja yang dapat kita temui saat ini.

Dalam ayat 7 pada perikop ini rasul Paulus mengatakan “terimalah yang satu dengan yang lain, seperti Kristus juga telah menerima kita”. Dalam nats ini kata kunci untuk membentuk kesatuan itu adalah “saling menerima”. Sikap saling menerima perbedaan tentunya perlu untuk dipahami dengan sebaik-baiknya. Apakah gereja dituntut untuk menerima kesesatan? Tentunya tidak sesederhana itu yang dimaksudkan oleh Paulus. Saling menerima dalam nats ini ialah didalam Kristus. Tuhan Yesus Kristus menerima kita dengan kepelbagaian dosa dan kehidupan serta cara pandang kita, namun perlu dipahami Tuhan Yesus tidak pernah menerima Iblis untuk diselamatkan. Tuhan Yesus Kristus menerima kita dengan kasihNya dan tentunya kita juga akan menerima yang satu dengan yang lain dengan kasih Tuhan Yesus Kristus. Didalam Tuhan Yesus Kristus akan menerima pembenaran dan kasih. Setiap yang diterima oleh Tuhan Yesus sudah memperoleh pembenaran dan kasihNya. Oleh karenanya, menerima satu dengan yang lain tidak terlepas dari pembenaran dan kasih Allah. Itulah yang menyebabkan gereja dapat menerima orang-orang yang dianggap sangat berdosa, namun harus diingat haruslah siap untuk masuk kedalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus Kristus.

Demikian halnya dalam kepelbagaian dalam jemaat, harus bisa saling menerima yang satu dengan yang lain, namun tetap berada dalam posisi pembenaran dan kasih dari Tuhan Yesus Kristus. Dengan saling menerima didalam pembenaran dan kasih Tuhan Yesus Kristus, maka akan terjadi saling menerima dan terjadilah harmoni kedamaian. Dengan terciptanya kedamaian dalam satu jemaat, ini akan memberikan efek yang baik dalam pekabaran Injil. Suku dan bangsa akan melihat jemaat yang hidup dalam damai itu sebagai contoh yang baik untuk ditiru, dan juga akan diikuti. Dengan demikian nama Allah akan dimuliakan oleh suku dan bangsa.

Penutup
Sepanjang masih hidup dalam dunia yang fana ini tentunya akan menemui berbagai ragam kehidupan didalamnya. Kehidupan silih berganti dengan kemakmuran dan kemiskinan, kesukaan dan kesukaran, bahagia dan bersedih serta banyak hal lainnya akan ditemui. Bagaimana pun kenyataan yang kita hadapi, bukanlah menjadi akhir dari pengharapan kita. Sebab pengharapan orang percaya bukanlah dunia ini, melainkan datang dan bersumber dari atas, yaitu Tuhan Yesus Kristus sebagaimana yang disaksikan oleh Alkitab.

Kepelbagaian tidaklah menjadi penghalang pujian dan aksi kasih dalam jemaat, namun menjadi kekuatan yang perlu dihimpun di dalam kasih Allah untuk berbuat kehendak Allah.

Kita sudah diperdamaiakan oleh Allah dengan diriNya, oleh karya Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenanya mari berusaha saling menerima kepelbagaian didalam kasih dan pembenaran Tuhan Yesus Kristus. Hidup saling menerima perbedeaan didalam kasih dan pembenaran Tuhan Yesus Kristus akan akan menciptakan kedamaian didalam kebenaran. Dengan kebersamaan dan kedamaian jemaat maka dunia akan ikut memuliakan dan berpengharapan kepada Allah. Amin

Duri, 29 November 2016

Sunday, 20 November 2016

Khotbah Yesaya 2 : 1 - 5 Berjalan Dalam Terang Tuhan



Pendahuluan
Pada Fase Proto Yesaya ini, Israel Utara berada dalam masa kejayaannya pada abad 8 Seb.M. Dimana Israel Utara berada dalam posisi arus perdagangan yang strategis pada kawasan Timur Tengah berada diantara Fenisia dan Aram. Oleh karenanya banyak bermunculan saudagar-saudagar kaya di Israel Utara. Demikian halnya dengan Israel Selatan yang disebut dengan Yehuda melaksanakan perdagangan dengan Arab Selatan melalui kota Sebna dan Ofir. Dengan kondisi yang menguntungkan itu, banyak dari bangsa Israel memperoleh kekayaan dan menjadikan bangsa itu didalam kemakmuran dalam bidang ekonomi. Bangsa Israel juga menjadi bangsa yang kuat dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya oleh karena factor ekonominya.
Berjalan Di Dalam Terang Tuhan


Kesejahteraan dan kemakmuran Israel Utara dan Israel Selatan seharusnya mendorong mereka untuk semakin mengucap syukur kepada Allah. Sebagai penyandang bangsa pilihan, bangsa yang dikasihi dan bangsa yang diberkati. Seharusnya bangsa Israel sudah dimampukan untuk menunjukkan kasih Allah itu didalam kehidupan mereka, baik dalam kehidupan sesama warga bangsa, demikian halnya dengan kehidupan antar bangsa.

Pada kitab Yesaya ini akan dilihat bagaimana sebenarnya kehendak Allah bagi bangsa itu. Apa yang diinginkan Allah bagi bangsa yang sekarang mengalami kemakmuran ekonomi itu. Apakah mereka memperoleh apresiasi dari Allah, atau sebaliknya mereka mendapatkan kutuk? Dapatkah dinyatakan bahwa dengan keberadaan ekonomi yang baik maka pribadi dan moralnya juga baik? Apakah factor ekonomi menjadi takaran yang baik bagi suatu bangsa maupun bagi seseorang dihadapan Allah? Atau justru sebaliknya bahwa harta dan permata (kemakmuran ekonomi) itu menjadi factor suatu bangsa atau seseorang lebih leluasa berbuat dosa.

Kenyataannya Israel menjadi menjadi bangsa yang memberontak kepada Allah. Mereka disebut sebagai bangsa yang tidak setia, tidak adil, penipu dan penuh dengan keberdosaan (Pasal 1). Bangsa ini tidak lagi menjadi bangsa yang kudus dihadapan Allah, tetapi menjadi bangsa yang sundal dan menjijikkan dimata Allah. Bangsa pilihannya akan memperoleh hukuman yang setimpal kepada bangsa pilihanNya itu. Hal itu menjadi bukti bahwa Allah penuh kasih, keadilan dan kebenaran (Bd. Yesaya 1:21-31). Namun Allah tetap akan melaksanakan janjiNya, Allah setia akan pilihanNya. Oleh karenanya melalui nabi Yesaya Tuhan Allah menyuarakan kehendakNya atas Sion.

Keterangan Nats
Menjadi Sumber Pengajaran Tentang Firman Tuhan (1-3)
Allah memanggil dan memakai Yesaya bin Amos untuk menyampaikan FirmanNya kepada bangsa Israel yang dikasihiNya.  Firman Tuhan Allah bahwa di Sion akan menjadi tempat berdirinya Rumah Tuhan. Tempat berdirinya Rumah Tuhan dikatakan berada “di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi” (Ayat 2). Firman Tuhan itu menghendaki bahwasanya Sion akan menjadi tempat yang terkemuka dari tempat-tempat yang lain. Hal ini juga menjadi dasar pendirian Rumah Tuhan (tempat ibadah) bagi sebagian orang-orang yang percaya, bahwasanya tempat pendirian Rumah Ibadah itu sebaiknya dibangun pada tempat-tempat yang tinggi (Ibrani: Bamah). Memang selain kelihatannya baik dan indah, dengan menempatkan rumah ibadah pada dataran-dataran tinggi juga menjukkan makna filosofi theologis tersembunyi atas kekaguman orang-orang percaya akan Tuhan Allah. Tuhan Allah dipandang sebagai Yang Maha Tinggi, maka demikian juga halnya dengan tempat kediamanNya juga harus berada dalam posisi yang tinggi.  

Adalah hal yang penting dan menjadi hal yang utama memaknai bahwasanya Allah menjadi yang utama dalam kehidupan manusia. Sebab demikian juga halnya Allah menghendaki agar setiap ciptaanNya memuji dan memuliakanNya. Makna “di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi” juga menunjukkan bahwasanya Allah akan tetap yang utama dan terutama dalam setiap aspek kehidupan bangsa yang berdiam di Yesrusalem.

Bukan hanya bagi bangsa yang berdiam di Yerusalem, namun juga bagi seluruh bangsa. Allah menghendaki bahwa Sion akan menjadi pusat dari pengajaran tentang jalan-jalan dan Firman Tuhan. Kehendak Allah itu sudah dinyatakan dengan kelahiran Mesias. Kedatangan Mesias menjadi Guru kebenaran Firman Allah dan sekaligus sebagai jalan kebenaran dan kehidupan. Mesias adalah Firman yang menggenapi FirmanNya, Guru Pengajar dan Jalan Kebenaran. Allah setia akan janjiNya, Allah kasih akan bangsaNya dan semua itu sudah dibuktikan Allah melalui kedatanganNya.

Menjadi Bangsa Pelopor Kedamaian dan Kesejahteraan (4)
Kehendak Allah terhadap bangsa yang dikasihiNya, akan menjadikan Sion menjadi asal/sumber kedamaian. Dengan keadaan bangsa Israel yang penuh dengan tipu daya dan ketidakadilan pada masa kejayaannya itu. Allah menghendaki kedamaian terwujud pada bangsa itu. Firman Tuhan Allah “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa” Apakah itu akan bersumber dari warga bangsa Israel atau apakah yang dimaksudkan ini adalah Yerusalem? Jika dilihat dari sejarah, sama sekali tidak, sebab Yerusalem menjadi sumber konflik dari beberapa bangsa yang mengatasnamakan agama. Peristiwa perang salib yang memperebutkan Yerusalem yang di klaim menjadi kota suci tiga agama samawi, telah menjadi sumber peperangan. Bukan hanya dengan pedang dan tombak yang dipakai sebagai mesin pembunuh pada era itu, tetapi sudah sampai pada senjata “semi modern”.

Penggenapan nubuatan “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa” hanya ada dalam diri Mesias yakni Tuhan Yesus Kristus. Dari Sion-lah dunia mengenal bahwa Yesus Kristus adalah Hakim dan Wasit bangsa-bangsa. Dia adalah hakim dan sekaligus wasit, sebagai Hakim Yesus Kristus menentukan benar atau salah dan sebagai Wasit dia akan adil dan kasih sebagai pendamai antara bangsa-bangsa.

Melalui Mesias (Yesus Kristus) yang akan datang di kota Sion, dari sana akan dijarkan kedamaian dan kasih yang saling membangun, itulah yang dinyatakan dalam nubuatan ini “maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang”. Di Sion akan diajarkan kasih dan kedamaian, maka hukum mata ganti mata, nyawa ganti nyawa, darah ganti darah dan peperangan serta penghakiman sampai kepada pembunuhan antara manusia kepada sesamanya tidak berlaku didalam Tuhan Yesus Kristus, sebab hanya Dia Hakim dan Wasit. Namun sebaliknya antara manusia dan sesamanya haruslah saling membangun. Tidak perlu lagi senjata (pedang dan tombak) untuk membunuh, yang perlu adalah alat untuk bekerja dan membangun. Dengan demikian keturunan Yakub yang berdiam di Sion akan menjadi pelopor kedamaian dan kesejahteraan.

Menjadi Bangsa Yang Berjalan Dalam Terang Tuhan (5)
Pada ayat 5 Tuhan Allah menyampaikan seruanNya “Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN!”. Seruan ini mengajak semua bangsa Israel dan juga seluruh bangsa untuk  berjalan di dalam terang TUHAN. Sumber terang itu adalah TUHAN itu sendiri. Terang yang dimaksud adalah hidup dalam kebenaran FirmanNya, sebab Firman Allah adalah pelita yang memberikan cahaya penerang. Dengan adanya cahaya terang itu maka sipejalan akan melihat dengan jelas jalan yang dilalui dan yang akan dilaluinya.

Penutup
Hidup seseorang dan bangsa di dunia ini sama seperti suatu perjalanan menuju tujuan. Sukses atau tidaknya seseorang atau bangsa sampai kepada tujuan, ditentukan oleh proses perjalanannya. Sama seperti pelari atletik yang mengitari garis lintasanya dan akan sampai kepada garis finish dan sekaligus garis start-nya. Hidup ini akan terus bergulir sampai pada akhirnya tiba pada titiknya untuk berhenti dan sudah pasti akan berhenti. Perjalanan hidup kita sebagai ciptaan Allah, sama dengan perjalanan pulang. Mau tidak mau, suka atau tidak suka hidup kita sedang diperjalan untuk kembali kepadaNya. Oleh karenanya, dalam perjalanan itu perlu cahaya terang agar kita bisa kembali kepadaNya dengan baik.

Tuhan Yesus berfirman "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Terang itu mengalahkan kegelapan, siapa yang berjalan di dalam Terang Yesus Kristus tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup. Selanjutnya Tuhan Yesus juga berfirman “kamu adalah terang dunia” (Matius 5:14). Setiap yang berjalan di dalam Terang Tuhan Yesus Kristus juga akan menjadi terang dunia, menjadi tempat kediaman Firman Allah, menjadi pelaku Firman Allah, Pelopor kasih perdamaian dan kesejahteraan. Amin


Monday, 14 November 2016

Khotbah Kolose 1:11-20 Segala Sesuatu Diciptakan Dan Diperdamaikan Didalam Dia



Pendahuluan
http://solascrip.blogspot.co.id/2016/11/khotbah-kolose-111-20-segala-sesuatu.htmlSurat kepada jemaat Kolose di tulis oleh Paulus ketika ia berada dalam penjara (4:3, 18). Pada saat itu Paulus ditemani oleh Timotius (1:1) dan enam orang rekannya yang lain, yaitu Aristakhus, Markus, Yesus (yang digelari Yustus), Epafras, Lukas dan Demas (4:10-14). Surat ini ditujukan kepada jemaat yang ada di Kolose (1:4, 2:1). Pelayanan disana telah dimulai oleh Epafras (1:7) , yang berasal dari daerah itu (4:12). Pada saat surat ini ditulis ia ada bersama-sama dengan Paulus. Maksud surat ini dapat diketahui dari isinya, bahwasanya ada orang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan pemberitaan Kristen. Ajaran ini menamakan dirinya “filsafat” (2:8). Sebagai inti ajarannya mereka mengajarkan kepercayaan kepada roh-roh yang menguasai alam ini (2:8, 20, 1:16, 2:10, 15). Roh-roh ini dipandang sebagai pengantara Allah dan manusia. Oleh karena itu roh-roh itu harus disembah, sebab mereka juga yang memberikan kuasa kepada manusia dan berkuasa atas manusia. Sejalan dengan itu, ada pula peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dalam hal dan minum (2:16a, 20-21). Pesta-pesta dan hari-hari suci tertentu juga harus di rayakan (2:16b). Ajaran sesat itu tidak bermaksud mengganti iman Kristen, melainkan untuk melengkapinya. Tetapi dengan tegas Paulus menolak ajaran itu, baginya mengikuti ajaran itu berarti meninggalkan Kristus (2:8).

Dengan itu, Paulus menulis surat kepada jemaat Kristen di Kolose karena mereka mereka telah jatuh dalam beberapa masalah, secara garis besar antara lain:
a)   Penyembahan : Mereka memuja roh-roh yang mengusai dan memerintah alam semesta.
b) Legalisme: Mereka percaya bahwa peraturan dan undang-undang dapat  membenarkan mereka.
c)    Kesombongan: Mereka percaya pada kebaikan mereka sendiri yang berlawanan dengen kehendak Tuhan.
Oleh karenanya Paulus menguraikan permasalahan mereka dan memberikan nasehat-nasehat yang bijaksana sebagai ukuran yang baik.

Keterangan Nats
Dikuatkan untuk mengucap syukur dan bersukacita
Karya Allah dalam kehidupan manusia sungguh tiada terbandingi. Karya Allah mampu mengubahkan segala sesuatu yang tidak mungkin  menjadi hal yang mungkin. Adalah suatu hal yang tidak mampu diterima oleh akal sehat manusia untuk mengucap syukur dan bersukacita dalam keadaan yang sulit dan pahit. Namun bersama Allah hal itu menjadi kenyataan yang dapat diterima. Penderitaan Paulus yang menuliskan surat ini kepada jemaat Kristen di Kolose menjadi kenyataan yang luar biasa walaupun dalam kondisi yang tragis.

Paulus yang terus berjuang menyampaikan kabar kebenaran dan sukacita, tetap konsisten didalam kebenaran dan sukacita itu. Bagaimana mungkin Paulus yang berada dalam penjara dan kekangan oleh karena menyebarkan kabar kebenaran dan sukacita itu dapat bersukacita? Bagaimana mungkin Paulus kuat dengan keadaan yang senantiasa mendesaknya agar dia berhenti mengabarkan Injil? Nyatanya Paulus tetap kuat dan bersukacita, sebab kekuatan Paulus bukanlah dari dunia ini, begitu juga dengan sukacitanya tidaklah bersumber dari keadaannya yang tragis. Jika Paulus kekuatan dan sukacita Paulus bersumber dari dunia ini, tentunya ia akan lemah dalam penderitaan serta akan berduka dengan keadaannya yang memilukan.

Allah adalah sumber ungkapan syukur dan sukacita bagi Paulus. Oleh karenanya bersyukur dan bersukacita menjadi hal yang tetap pada pribadi Paulus. Syukur dan sukacita itu tidak akan berubah oleh karena keadaan yang terjadi dalam hidupnya. Jika melihat dan memperhatikan Paulus tentunya dalam kehidupan orang Kristen seharusnya juga jangan dipengaruhi oleh keadaan. Tidak ada pasang surut syukur dan sukacita bagi setiap orang yang Kristen yang percaya kepada Tuhan Allah sumber kekuatan dan sukacita. Sepanjang masih ada Allah, maka kekuatan dan sukacita akan tetap mengalir bagi setiap orang yang percaya kepadaNya.    

Dilepaskan, dibebaskan dan diampuni Hanya Karya Tuhan Yesus
Pada ayat 13 dan 14 ini. Paulus kembali menegaskan bahwa Tuhan Yesus telah berkarya untuk memberikan kelepasan, kebebasan dan pengampunan dari dosa. Kelepasan yang diberikan Tuhan Yesus ini merupakan kelepasan manusia dari kuasa kegelapan. Karya ini diberikan Allah melalui Tuhan Yesus bagi setiap orang yang hidup dalam penderitaan kegelapan oleh karena dosa. Kata ini menggambarkan bahwa “Diluar Kristus adalaha kegelapan sedangkan didalam Kristus ada terang hidup”. Oleh karenanya hanya didalam Tuhan Yesus saja ada kelepasan dari kegelapan memasuki terang Allah. Kata “dibebaskan” adalah karya Kristus bagi manusia yang terbelenggu dan atau diperbudak oleh dosa. Manusia yang berdosa akan menjadi budak dosa, tentunya oleh keberdosaan itu, manusia akan memperoleh hukuman, namun Allah memberikan kebebasan. Maka “kebebasan” yang diberikan itu ialah kebesan dari belenggu/hamba/budak dosa serta kebebasan dari hukuman maut. Kelepasan dan Kebebasan yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus adalah atas kasihNya sendiri yang memberikan pengampunan atas dosa-dosa manusia. Sebab tidak ada kelepasan dan kebebasan bagi manusia yang berdosa tanpa pengampunan Allah. Dengan demikian Kelepasan dan Kebebasan serta pengampunan yang diberikan Allah itu, murni karya Allah, bukan oleh karna kebaikan manusia atau perbuatan roh-roh perantara seperti yang disampaikan oleh guru-guru palsu.

Ajaran tersebut disampaikan Paulus kepada jemaat Kolose yang mengalami penyesatan dari guru-guru palsu yang mengajarkan bahwa pentingnya menyembah roh-roh perantara. Dengan adanya roh-roh perantara yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu akan mengakibatkan kekeliruan atas peran Tuhan Yesus yang melepaskan, menebus dan mengampuni manusia dari dosanya.

Apakah faedahnya memuji roh-roh itu bagi orang-orang percaya? Tentunya tidak ada artinya sama sekali. Sebab hanya Tuhan Yesus Kristus yang menjadi Allah yang melepaskan, menebus dan mengampuni setiap orang dari keberdosaannya. Walaupun para pengajar palsu menyatakan bahwa tidak akan menghilangkan iman kekristenan dengan ajaran itu, tetapi dengan jelas bahwasanya hal itu sudah keliru, sebab hanya Tuhan Yesus sendiri yang akan menjadi perantara antara Allah dan manusia dan karya itu telah digenapi pada saat Dia disalibkan. Tuhan Yesus sendiri yang memberikan jalan dan menjadi jalan bagi manusia untuk bertemu dengan Allah. Maka dengan mengadopsi ajaran palsu itu akan melemahkan iman jemaat kolose terhadap Tuhan Yesus Kristus. Sekali lagi hanya Tuhan Yesus yang berkuasa dan pemberi kuasa serta yang memiliki kuasa di bumi dan di sorga, dan itu berlaku untuk selama-lamanya.

Segala Sesuatu Diciptakan Dan Diperdamaikan Didalam Dia
Kristus adalah gambar nyata yang dapat dilihat oleh manusia dan sekaligus yang tidak dapat dilihat oleh manusia (15). Dia adalah Anak Allah yang sulung (yang awal dan yang akhir/alfa dan omega), Dia ada bukan karena diperanakkan namun ada tanpa berawal dan tidak akan berakhir (17). Dialah yang menciptakan segala sesesuatu di surga dan diatas bumi (16). Ia adalah sumber kehidupan jemaat (18), sebab Allah ialah diriNya sendiri (19). Oleh karenanya, hanya Tuhan Yesus Kristus sajalah yang bisa berkarya atas kedamaian antara manusia dengan Allah. Sebab sumua yang ada adalah ciptaanNya dan dibawah kuasaNya.

Allah memperdamaikan (apokatallasso) diriNya dengan ciptaanNya bukanlah seperti pandangan umum yang sesat, dengan mengatakan “jikalau Allah mendamaikan diriNya dengan manusia ciptaanNya, tentunya Allah menjadi pihak yang bersalah dan yang mengakui kesalahanNya terhadap manusia”. Tetapi dalam hal pendamaian ini, Allah adalah pihak yang benar, dengan menjadi pihak yang benar maka Allah akan mampu memberikan pembenaran. Prakarsa pendamaian itu berasal dari Allah itu sendiri melalui Karya Tuhan Yesus Kristus. Jadi, setiap orang percaya bukan menjadi orang yang sombong karena beroleh pendamaian kepada Allah, namun tetap menjadi orang yang tunduk dan rehdah dihadapan Dia sang pemberi pendamaian.

Penutup
Kesusahan dan kesukaan datang silih berganti, ada yang datang ada juga yang pergi. Namun bersama Allah senantiasa ada sukacita, sebab kita datang dari Dia dan pergi juga kepada Dia.

Bersyukurlah sebab kita telah dilepaskan, dibebaskan dan diampuni oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenanya kita menjadi orang yang lepas dari kuasa kegelapan, terbebas dari kuasa belenggu dosa dan siksa maut, sebab kita telah beroleh pengampunan kasih Allah. Jangan sesat dengan kepalsuan dunia serta ajarannya yang menjauhkan kita dari ajaran kebenaran di dalam Tuhan.

Kita adalah ciptaan Allah yang mulia, namun sudah jatuh dalam dosa pemberontakan kepada Allah. Namun Allah memperdamaikan diriNya dengan kita, agar kita beroleh selamat. Tidak ada ciptaan Allah di dunia ini yang mampu memberikan perdamaian itu, selain Dia dan hanya Dia. Kemualiaan Bagi Allah Ditempat Yang Maha Tinggi. Amin.


Duri, 15 November 2016