Pendahuluan
Pemahaman yang
sering dilontarkan tentang doa antara lain, Doa adalah nafas orang percaya, Doa
adalah kekuatan, Doa adalah komunikasi manusia dengan yang di imaninya, Doa
adalah kepastian, Doa adalah jalan, dan ada juga yang mengatakan bahwa doa
adalah jembatan bagi kita untuk bersatu dengan Tuhan kita. Seluruh pernyataan
tentang doa itu menjadi menarik, sebab didalam pernyataan tentang doa itu sudah
termasuk pemahaman iman tentang doa atau mungkin pengalaman imannya dengan
berdoa.
Pemahaman umum
tentang bagaimana berdoa dalam umat Kristen, akan diperkaya dengan doa Daud
dalam perikop ini. Dengan bedoa berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan
kita, maka akan besar kemungkinan banyak pandangan yang akan muncul tentang
berdoa. Bukankah pada masa kini berdoa itu akan kelihatan sebagai kebiasaan dan
rutinitas? Ya dan tidak, ya bagi mereka yang hanya berdoa melihat waktu dan jam
serta terjadwal, serta dengan berdoa yang dilafalkan tanpa aktualisasi doa
dalam hidupnya. Tidak bagi mereka yang hidup dalam doa dan berdoa adalah
kehidupannya.
Sama halnya
dengan doa Daud dalam perikop ini, Daud berdoa kepada Allah atas apa yang
dialaminya pada saat itu. Dengan keadaan itu bahagian dari doa Daud menunjukkan
bahwa dirinya sedang mengalami ketakutan, penyebabnya tidak diketahui,
kemungkinan akibat dari kecemburuan Saul (Bnd. 1 Samuel 23-25). Dalam situasi yang
menekan dan menakutkan, Daud memohon perlindungan dan keadilan Allah sebagai
tempat pengaduan perlindungan terakhirnya.
Sipendoa Dikasihi - Mengasihi Allah – Memperoleh
Kasih
Pemahaman tentang
doa yang sudah menjadi dogma dirumuskan oleh agama-agama, demikian juga halnya
dalam gereja-gereja. Pemahaman tentang berdoa menurut gereja-gereja itu
biasanya adalah permohonan kepada Allah yang disampaikan dengan mengharapkan
welas kasih Allah. Padahal perlu diingat bahwa berdoa itu adalah bahagian dari
menghadap hadirat Allah. Pada saat seseorang menghadap hadirat Allah tentunya
ada hal yang perlu diingat, yakni bahwa Allah itu kudus adanya.
Bagaimana
manusia yang berdosa menghadap Allah? apakah dengan membawa pengharapan semata
untuk memperoleh permohonannya dalam doa? Tidak, sebab menghadap Allah yang
Maha Kudus itu, perlu adanya kelayakan. Benar bahwasanya dihadapan Allah tidak
ada manusia yang layak karena dosa-dosanya. Namun kelayakan itu diperoleh dari
pelayakan Allah kepada manusia berdosa. Sebab terlalu cengeng seseorang itu
hanya mengharapkan welas kasih Allah dengan hanya berharap tanpa usaha. Sama halnya
seseorang yang mengharapkan kebaikan dalam hidupnya, namun tidak berusaha
menciptakan kebaikan dalam hidupnya. Adalah munafik sipendoa yang hanya
menuntut doanya dikabulkan sementara kehendak Allah tidak dindahkannya.
Keberadaan Allah
yang kudus diperhadapkan dengan manusia yang berdosa, tentunya manusia itu tidak
pantas menghadap Allah, oleh karenanya membutuhkan kelayakan dari Allah itu
sendiri. Jadi, seorang yang berdoa kepada Allah juga adalah orang yang mau
menerima pelayakan yang telah diberikan melalui karya Allah. Pemazmur
menunjukkan bahwa dirinya adalah seseorang yang mau dilayakkan Allah dengan melaksanakan
kehendak Allah dalam hidupnya (ayat 1
….”dari bibir yang tidak menipu”, ayat 2 “…..mataMu kiranya melihat apa yang benar, ayat 3-5 “Bila Engkau menguji
hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak
akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur. Tentang perbuatan
manusia, sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku
terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku
tidak goyang.”) dan itu adalah bukti bahwa pemazmur mengasihi Allah. Tidak
melulu hanya menuntut Allah atas welas kasihNya, namun juga menuntut dirinya
hidup sebagai yang mengasihi Allah.
Doa hanya disampaikan kepada Allah dengan Iman tidak
Pemazmur
menyampaikan doanya kepada Allah dalam kesesakannya oleh desakan yang dia
rasakan dari yang memmusuhinya. Seolah-olah tidak ada lagi pengharapan
diperoleh kepada kekuatan yang lainnya. Allah dipandangan pemazmur adalah Allah
yang memiliki kekuatan yang melebihi apapun, olehnya pemazmur tidak bermohon
akan kekuatan yang lain, namun hanya memohon kekuatan Allah semata. Dalam ayat
6-9, dinyatakan bahwa hanya Allah yang mau mendengar dan menjawab permohonan
pemazmur, Allah jugalah yang menyelamatkan, hanya Allah tempat perlidungannya
dari tindakan jahat dari yang memusuhi pemazmur. Doa ini menyatakan kebenaran
sejati tentang Allah yang diimani pemazmur. Sungguh hanya Allah yang sanggup
mendengar, menjawab, melindungi dan menyelamatkan manusia dengan sejati,
artinya hanya Allah saja yang mampu memberikan itu dengan sempurna dan
selamanya. Berbeda dengan tawaran dunia ini, sebab dengan berlindung didunia
ini, hanyalah sementara dan tidak memiliki jaminan hidup kekal. Melalui doa
pemazmur ini, kita memperoleh pengertian bahwasanya, berdoa itu harus juga
dengan iman percaya kepada Allah satu-satunya yang mampu menjawab doa kita.
Berdoa Sungguh-sungguh Jangan Berpura-pura
Iman itu
sungguh-sungguh percaya dan amin, iman itu bukanlah kepura-puraan. Jadi, berdoa
dengan iman haruslah dengan kesungguhan, jangan kepura-puraan. Kesungguhan
dalam berdoa itu hendaknya ditunjukkan bukan hanya dengan menutup kelopak mata,
karena dengan menutup kelopak mata juga bisa menghayal atau sedang menikmati
tidur. Allah melihat dan tahu jelas kesungguhan seseorang, sebab dihadapan
Allah tidak ada yang tersembunyi. Pemazmur dengan sungguh-sungguh berdoa dan
juga sungguh-sungguh percaya Allah.
Pada saat sermon
beberapa waktu yang lalu, ada yang bertanya begini “Bagaimanakah dengan
seseorang yang berdoa dengan membaca doa yang ditulisnya, apakah itu
sungguh-sungguh dalam berdoa?” sekali lagi Allah melihat hati kita yang
terdalam, Allah melihat dengan jelas dengan kesungguhan yang berdoa padanya. Membaca atau
tidak membaca adalah persoalan teknis dalam berdoa. Sebab dengan membaca atau
tidak membaca masing-masing memiliki nilai yang sama dihadapan Allah jika
berdoa dengan kesungguhan.
Berdoalah Dalam Setiap Perkara
Saudara yang
dikasihi Tuhan, sepanjang hidup dalam dunia yang fana ini, tentunya ragam
perkara akan dihadapi, perkara besar atau perkara kecil, atau perkara sementara
atau perkara berkepanjangan. Untuk menghadapi semua perkara itu perlu sosok
pembela yang memberikan kekuatan dan kepastian kemenangan. Semuanya hanya
diperoleh didalam Tuhan, hanya Tuhan yang sanggup menemani kita setiap saat dan
disetiap tempat. Jadi, tetaplah sertakan Allah dalam setiap perkara yang kita
hadapi, bermohonlah padaNya melalui doa dan kebenaran hidup.
Beriman kepada
Allah juga merupakan bahagian keberpihakan kita kepada Allah, artinya dengan
percaya Allah, kita berada dalam pihak Allah, dengan sendirinya akan behadapan
dengan lawannya yakni si iblis. Setiap yang percaya Allah akan berhadapan
dengan musuh Allah, yakni dosa dan pelanggaran. Kenyataan dalam hidup ini, bahwa
sebaik-baiknya seseorang ada saja yang tidak menyukainya, dan sebaliknya
sejahat-jahatnya seseorang ada saja yang mendukungnya. Tentunya dengan begitu
perlu konsistensi seperti pemazmur yang tetap berada dipihak Allah, artinya
berpihak dan berada pada kebenaran Allah itu. Dalam kehidupan sehari-hari juga
banyak perkara yang harus dihdapi, termasuk dengan aktivitas pekerjaan,
keluarga, masa depan dan lain sebagainya. Sekali lagi, berdoalah kepada Allah
dan hiduplah didalam kebenaran Allah atas semua perkara. Percayalah bahwasanya
Tuhan akan mendengarkan, menjawab dan melindungi dan menyelamatkan kita. Percayalah,
bahwa Allah akan membela dan mengasihi setiap orang yang benar. Amin
Baca juga Khotbah 2 Tesalonika 3:6-13 Menanti Kedatangan Tuhan Yang Kedua Kalinya Dengan Benar
Duri, 01 November 2016
Rev.Edward Manalu, S.Th