Monday, 31 October 2016

Khotbah Mazmur 17:1-9 Berdoalah Didalam Kebenaran Allah


Khotbah Mazmur 17:1-9 Berdoalah Didalam Kebenaran Allah

Pendahuluan
Pemahaman yang sering dilontarkan tentang doa antara lain, Doa adalah nafas orang percaya, Doa adalah kekuatan, Doa adalah komunikasi manusia dengan yang di imaninya, Doa adalah kepastian, Doa adalah jalan, dan ada juga yang mengatakan bahwa doa adalah jembatan bagi kita untuk bersatu dengan Tuhan kita. Seluruh pernyataan tentang doa itu menjadi menarik, sebab didalam pernyataan tentang doa itu sudah termasuk pemahaman iman tentang doa atau mungkin pengalaman imannya dengan berdoa.

Pemahaman umum tentang bagaimana berdoa dalam umat Kristen, akan diperkaya dengan doa Daud dalam perikop ini. Dengan bedoa berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan kita, maka akan besar kemungkinan banyak pandangan yang akan muncul tentang berdoa. Bukankah pada masa kini berdoa itu akan kelihatan sebagai kebiasaan dan rutinitas? Ya dan tidak, ya bagi mereka yang hanya berdoa melihat waktu dan jam serta terjadwal, serta dengan berdoa yang dilafalkan tanpa aktualisasi doa dalam hidupnya. Tidak bagi mereka yang hidup dalam doa dan berdoa adalah kehidupannya.

Sama halnya dengan doa Daud dalam perikop ini, Daud berdoa kepada Allah atas apa yang dialaminya pada saat itu. Dengan keadaan itu bahagian dari doa Daud menunjukkan bahwa dirinya sedang mengalami ketakutan, penyebabnya tidak diketahui, kemungkinan akibat dari kecemburuan Saul (Bnd. 1 Samuel 23-25). Dalam situasi yang menekan dan menakutkan, Daud memohon perlindungan dan keadilan Allah sebagai tempat pengaduan perlindungan terakhirnya.

Sipendoa Dikasihi - Mengasihi Allah – Memperoleh Kasih
Pemahaman tentang doa yang sudah menjadi dogma dirumuskan oleh agama-agama, demikian juga halnya dalam gereja-gereja. Pemahaman tentang berdoa menurut gereja-gereja itu biasanya adalah permohonan kepada Allah yang disampaikan dengan mengharapkan welas kasih Allah. Padahal perlu diingat bahwa berdoa itu adalah bahagian dari menghadap hadirat Allah. Pada saat seseorang menghadap hadirat Allah tentunya ada hal yang perlu diingat, yakni bahwa Allah itu kudus adanya.

Bagaimana manusia yang berdosa menghadap Allah? apakah dengan membawa pengharapan semata untuk memperoleh permohonannya dalam doa? Tidak, sebab menghadap Allah yang Maha Kudus itu, perlu adanya kelayakan. Benar bahwasanya dihadapan Allah tidak ada manusia yang layak karena dosa-dosanya. Namun kelayakan itu diperoleh dari pelayakan Allah kepada manusia berdosa. Sebab terlalu cengeng seseorang itu hanya mengharapkan welas kasih Allah dengan hanya berharap tanpa usaha. Sama halnya seseorang yang mengharapkan kebaikan dalam hidupnya, namun tidak berusaha menciptakan kebaikan dalam hidupnya. Adalah munafik sipendoa yang hanya menuntut doanya dikabulkan sementara kehendak Allah tidak dindahkannya.

Keberadaan Allah yang kudus diperhadapkan dengan manusia yang berdosa, tentunya manusia itu tidak pantas menghadap Allah, oleh karenanya membutuhkan kelayakan dari Allah itu sendiri. Jadi, seorang yang berdoa kepada Allah juga adalah orang yang mau menerima pelayakan yang telah diberikan melalui karya Allah. Pemazmur menunjukkan bahwa dirinya adalah seseorang yang mau dilayakkan Allah dengan melaksanakan kehendak Allah dalam hidupnya (ayat 1 ….”dari bibir yang tidak menipu”, ayat 2 “…..mataMu kiranya melihat apa yang benar, ayat 3-5Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur. Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan orang-orang yang melakukan kekerasan;   langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang.”) dan itu adalah bukti bahwa pemazmur mengasihi Allah. Tidak melulu hanya menuntut Allah atas welas kasihNya, namun juga menuntut dirinya hidup sebagai yang mengasihi Allah.

Doa hanya disampaikan kepada Allah dengan Iman tidak
Pemazmur menyampaikan doanya kepada Allah dalam kesesakannya oleh desakan yang dia rasakan dari yang memmusuhinya. Seolah-olah tidak ada lagi pengharapan diperoleh kepada kekuatan yang lainnya. Allah dipandangan pemazmur adalah Allah yang memiliki kekuatan yang melebihi apapun, olehnya pemazmur tidak bermohon akan kekuatan yang lain, namun hanya memohon kekuatan Allah semata. Dalam ayat 6-9, dinyatakan bahwa hanya Allah yang mau mendengar dan menjawab permohonan pemazmur, Allah jugalah yang menyelamatkan, hanya Allah tempat perlidungannya dari tindakan jahat dari yang memusuhi pemazmur. Doa ini menyatakan kebenaran sejati tentang Allah yang diimani pemazmur. Sungguh hanya Allah yang sanggup mendengar, menjawab, melindungi dan menyelamatkan manusia dengan sejati, artinya hanya Allah saja yang mampu memberikan itu dengan sempurna dan selamanya. Berbeda dengan tawaran dunia ini, sebab dengan berlindung didunia ini, hanyalah sementara dan tidak memiliki jaminan hidup kekal. Melalui doa pemazmur ini, kita memperoleh pengertian bahwasanya, berdoa itu harus juga dengan iman percaya kepada Allah satu-satunya yang mampu menjawab doa kita.

Berdoa Sungguh-sungguh Jangan Berpura-pura
Iman itu sungguh-sungguh percaya dan amin, iman itu bukanlah kepura-puraan. Jadi, berdoa dengan iman haruslah dengan kesungguhan, jangan kepura-puraan. Kesungguhan dalam berdoa itu hendaknya ditunjukkan bukan hanya dengan menutup kelopak mata, karena dengan menutup kelopak mata juga bisa menghayal atau sedang menikmati tidur. Allah melihat dan tahu jelas kesungguhan seseorang, sebab dihadapan Allah tidak ada yang tersembunyi. Pemazmur dengan sungguh-sungguh berdoa dan juga sungguh-sungguh percaya Allah.

Pada saat sermon beberapa waktu yang lalu, ada yang bertanya begini “Bagaimanakah dengan seseorang yang berdoa dengan membaca doa yang ditulisnya, apakah itu sungguh-sungguh dalam berdoa?” sekali lagi Allah melihat hati kita yang terdalam, Allah melihat dengan jelas dengan  kesungguhan yang berdoa padanya. Membaca atau tidak membaca adalah persoalan teknis dalam berdoa. Sebab dengan membaca atau tidak membaca masing-masing memiliki nilai yang sama dihadapan Allah jika berdoa dengan kesungguhan.

Berdoalah Dalam Setiap Perkara
Saudara yang dikasihi Tuhan, sepanjang hidup dalam dunia yang fana ini, tentunya ragam perkara akan dihadapi, perkara besar atau perkara kecil, atau perkara sementara atau perkara berkepanjangan. Untuk menghadapi semua perkara itu perlu sosok pembela yang memberikan kekuatan dan kepastian kemenangan. Semuanya hanya diperoleh didalam Tuhan, hanya Tuhan yang sanggup menemani kita setiap saat dan disetiap tempat. Jadi, tetaplah sertakan Allah dalam setiap perkara yang kita hadapi, bermohonlah padaNya melalui doa dan kebenaran hidup.

Beriman kepada Allah juga merupakan bahagian keberpihakan kita kepada Allah, artinya dengan percaya Allah, kita berada dalam pihak Allah, dengan sendirinya akan behadapan dengan lawannya yakni si iblis. Setiap yang percaya Allah akan berhadapan dengan musuh Allah, yakni dosa dan pelanggaran. Kenyataan dalam hidup ini, bahwa sebaik-baiknya seseorang ada saja yang tidak menyukainya, dan sebaliknya sejahat-jahatnya seseorang ada saja yang mendukungnya. Tentunya dengan begitu perlu konsistensi seperti pemazmur yang tetap berada dipihak Allah, artinya berpihak dan berada pada kebenaran Allah itu. Dalam kehidupan sehari-hari juga banyak perkara yang harus dihdapi, termasuk dengan aktivitas pekerjaan, keluarga, masa depan dan lain sebagainya. Sekali lagi, berdoalah kepada Allah dan hiduplah didalam kebenaran Allah atas semua perkara. Percayalah bahwasanya Tuhan akan mendengarkan, menjawab dan melindungi dan menyelamatkan kita. Percayalah, bahwa Allah akan membela dan mengasihi setiap orang yang benar. Amin

Baca juga Khotbah 2 Tesalonika 3:6-13 Menanti Kedatangan Tuhan Yang Kedua Kalinya Dengan Benar

Duri, 01 November 2016
Rev.Edward Manalu, S.Th

Saturday, 29 October 2016

Khotbah 2 Tesalonika 3:6-13 Menanti Kedatangan Tuhan Yang Kedua Kalinya Dengan Benar



Menanti Kedatangan Tuhan Yang Kedua Kalinya Dengan Benar

PENDAHULUAN
Begitu penting bagi Paulus memberikan dorongan kepada orang Kristen. Didalam suratnya yang pertama kepada jemaat Tesalonika dikatakan bahwa Tuhan Yesus akan datang untuk kedua kalinya. Kedatangan Yesus itu untuk memberikan kemenangan kepada yang percaya padaNya. Paulus tidak mengetahui bahwa mereka (jemaat Tesalonika) mengerti dengan makna yang terkandung dalam surat tersebut 1 Tesalonika, terkhusus pada “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;   sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini. Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam” (1 Tesalonika 4:16-5:2). 
Menanti Kedatangan Tuhan Dengan Benar 
Oleh karena itu, diantara mereka ada yang berhenti bekerja karena mereka menantikan Kristus. Ada juga yang merenung mengenai kedatangan Yesus. Sedangkan yang lainnya takut jika Yesus datang. Pemahaman itulah yang mendorong Paulus menuliskan Surat 2 Tesalonika ini yang dibuat berkisar tahun 50 M, untuk mengoreksi pemahaman iman mereka tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Paulus mengingatkan jemaat itu agar tetap melaksanakan yang baik sembari menunggu kedatangan Tuhan Yesus.

KETERANGAN
Menanti Kedatangan Tuhan Dengan Bekerja 
Karena menunggu kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya, banyak dari masyarakat Tesalonika yang tidak melakukan pekerjaan sebagai orang yang percaya. Padahal tidak ada yang mengetahui kapan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Itulah sebabnya dalam 2 Tesalonika 2:1-2 dikatakan “Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba”. 
  
Pemahaman jemaat Tesalonika itu tentunya sudah keliru, sebab dengan begitu seolah-olah mereka sudah tahu kapan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Atau mereka memahami surat Paulus dengan sederhana, tanpa pemahaman iman. Sekilas akan kelihatan demikian sebab mereka bukanlah orang yang tidak loyal dengan khotbah-khotbahnya Paulus. Namun pemahaman mereka itu sangatlah jauh dari kebenaran makna yang sesungguhnya. 

Memang benar bahwasanya Tuhan Yesus akan datang kedua kalinya. KedatanganNya seperti pencuri, siapapun tidak mengetahuinya termasuk Paulus sendiri yang mengatakannya. Perlu diketahui apa makna dari “kedatanganNya seperti pencuri”, yakni kedatanganNya tidak ada yang mengetahui harinya, minggunya, bulannya, tahunnya. Benar bahwasanya kehendak Tuhan tidak mampu diselami oleh siapapun.

Dengan demikian  kenapa menunggu Tuhan dengan diam? Tunggulah kedatangan Tuhan dengan iman dan perbuatan. Tetaplah berdoa dan bekerja, sebab hidup memerlukan makanan (makanan rohani, makanan jasmani, makanan ilmu dari pendidikan, dsb). Gunakan waktu menunggu sebaik-baiknya untuk mengerjakan pekerjaan kita, sebelum Yesus Kristus datang kedua kalinya.

Menanti Kedatangan Tuhan MeneladaniNya dan Menjadi Teladan
Paulus telah menunjukkan teladan bagi umat Tuhan di Tesalonika dan juga ditempat lain. Paulus tetap melaksanakan pekerjaannya sebagai pemberita Firman keselamatan. Paulus tidak pernah berhenti untuk memberitakan Firman sampai akhir hidupnya. Paulus tidak pernah menyerah dengan situasi don kondisi sesulit apapun yang dihadapinya dalam melaksanakan pekerjaannya diatara jemaat. Dalam hal ini, Paulus telah meneladani Tuhan Yesus. Tentunya yang dilaksanakan Paulus dengan meneladani Tuhan Yesus akan menjadi teladan yang perlu diteladani oleh jemaat. 

Mereka perlu mengerjakan pekerjaannya dengan baik agar menjadi teladan bagi saudara-saudaranya yang lain, bahkan menjadi teladan bagi yang belum mengenal Kristus. Dengan melaksanakan pekerjaan masing-masing dengan baik adalah buah dari mengimani Tuhan Yesus dan meneladaniNya. Tentunya akan menjadi contoh yang baik bagi sesama. Begitu juga dengan seluruh umat Tuhan, perlu meniru keteladanan Paulus meneladani Tuhan Yesus.

MenantiKedatangan Tuhan Dengan Tidak Jemu-jemu Berbuat Apa Yang baik
Pada ayat 13 dalam perikop ini dinyatakan “dan kamu saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik”. Tentunya ajakan ini disampaikan kepada jemaat Tesalonika yang merupakan saudara-saudara seiman Paulus didalam Kristus. Melalui ajakan ini, dinyatakan bahwa setiap orang yang beriman didalam Kristus tidak akan pernah jemu-jemu berbuat apa yang baik. Tidak cukup hanya mengimani Yesus Kristus lalu diam, namun yang mengimani Tuhan Yesus Kristus yang akan datang kedua kalinya itu adalah yang berbuat apa yang baik.

Berbuat baik bukanlah masa yang berperiodik. Jadi tidak karena akan menjabat wakil rakyat lalu berbuat baik, diluarnya berlaku buruk. Bukan hanya karena program gereja saja berbuat baik, diluarya berlaku curang. Berbuat baik itu jangan jemu-jemu, tetaplah berbuat baik kapan dan dimanapun. Sebab kebaikan itu sudah diwariskan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada anak-anakNya. Siapa saja yang percaya kepadaNya dan hidup didalamNya adalah anak-anak Tuhan Yesus sekaligus pewaris kebaikan-kebaikanNya. Jadi sepanjang Tuhan Yesus belum datang kedua kalinya jangan jemu-jemu berbuat baik.

KESIMPULAN
1.    Ketika Yesus datang kedua kalinya tidak ada lagi dapat kita perbuat dengan pekerjaan kita. Jadi, waktu bekerja kita adalah sebelum Yesus Datang kedua kalinya. Mari kerjakan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya dan yang seturut kehendakNya.
2.   Yesus yang sudah datang dan yang akan datang adalah teladan bagi setiap orang yang percaya. Tetaplah teladani Tuhan Yesus sampai kedatanganNya kembali, niscaya kehidupan kita juga akan menjadi teladan yang baik.
3.  Iman adalah anugerah Allah semata, didalam iman itu juga telah diwariskan kebaikan-kebaikan Allah. Sebab iman itu sendiri berasal dari kebaikan Allah. Jadi setiap yang beriman kepada Yesus Kristus yang sudah dan akan datang itu akan hidup didalam imannya dan pastinya tidak akan jemu-jemu berbuat baik.

Duri, 30 Oktober 2016
Rev.Edward Manalu, S.Th