Pendahuluan

Namun dalam pemahaman yang lain, ada juga yang menyebutkan bahwa surat
Roma adalah bahagian dari ringkasan ajaran Paulus. Ada juga yang mengatakan
bahwa surat Roma sangat erat kaitannya dengan surat Galatia dan surat Korintus,
namun surat Roma lebih terperinci. Namun bagaimanapun kaitan dari surat Roma
dengan surat yang lainnya itu, bukanlah menjadi keraguan bagi kita untuk
memahami surat ini sebagai Firman. Justrus dengan keterkaitan surat Roma dengan
kitab atau surat yang lainnya memberikan nilai tambah akan keabsahannya.
Pada perikop pertama ini, selain daripada perkenalan Paulus akan
dirinya, ada hal yang paling menarik yang perlu kita pahami, yakni Injil dan
tentang siapa Yesus yang disebut Kristus. Yesus Kristus sudah dijanjikan jauh
sebelum kedatanganNya. Janji kedatangan itu dinyatakan dalam sejarah perjalanan
manusia dengan Tuhan Allah. Janji itu adalah janji keselamatan dan kehidupan
bagi umat manusia. Dia datang sebagai Allah dalam rupa manusia, dan disebut
sebagai keturunan Daud. Dia lahir dengan rancangan Allah sendiri, hidupNya juga
dalam Hikmat dan Kuasa Allah, kematian dan kebangkitan serta kenaikanNya adalah
bukti bahwa Yesus berkuasa atas segala sesuatu yang ada.
Keterangan Nats
Anak Allah yang berkuasa
Memanggil dan Mengubahkan
Paulus dikatakan sebagai hamba dan Rasul yang dipanggil oleh Yesus
Kristus (ayat 1). Pemanggilan Allah bagi manusia banyak jalan dan cara hikmat
Allah. Nabi dalam kisah Perjanjian Lama, ada yang dipanggil melalui tanda-tanda,
malaikat, melalui pemberkatan dan juga pemuridan (Elisa yang merupakan murid
Elia). Pemanggilan Murid-Murid Yesus langsung dilaksanakan oleh Yesus Kristus
kepada kedua belas orang yang disebut Apostel. Beda lagi dengan pemanggilan
kepada Saulus (nama Paulus sebelum percaya kepada Yesus Kristus). Saulus dikenal
sebagai orang yang memburu orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan.
Namun dalam perburuannya kepada orang-orang percaya itulah Tuhan Yesus
memanggilnya sebagai pemberita Injil (Baca Kisah Para Rasul 9).
Pemanggilan para nabi, apostel dan Paulus adalah bukti bahwasanya Allah
memiliki kuasa hikmat yang mampu mengubahkan manusia sesuai dengan kehendakNya.
Kuasa itu adalah kuasa yang tidak dapat disangkal oleh para nabi, apostel,
Paulus dan tentunya juga semua umat manusia. Allah memiliki kuasa atas diri
kita dan kehidupan dunia ini. Pemanggilan Allah yang berkuasa kepada manusia
yang memiliki banyak keterbatasan itu menjadikan alasan yang mutlak bahwasanya
setiap orang yang mau mengikuti Allah adalah hamba Allah. Dalam hal ini yang
dimaksudkan sebagai hamba Allah ialah, penerima permintaan Allah sekaligus pelaksana
maksud Allah, yakni menjadi rasul yang dikuduskan menjadi pemberita Injil. Dengan
demikian, Allah menyatakan kuasanya terhadap Paulus dan berdampak bagi Paulus
sebagi orang yang memperoleh pengudusan dan menjadi pemberita Injil, sehingga
Injil sampai kepada banyak orang melalui kuasa pemanggilan Allah tersebut.
Yesus adalah Anak Allah yang
berkuasa atas JanjiNya
Janji kedatangan Juru Selamat sudah lama dijanjikan sebelum
kedatanganNya. Janji kedatangan itu bukanlah semata-mata berita perjanjian. KedatanganNya
adalah janji Allah, bukan janji manusia atau janji dari pihak yang lain. Jika diperhatikan
janji Allah ini berbeda dengan janji yang diberikan oleh dunia ini. Sebab janji
Allah adalah janji yang dilaksanakan, namun pelaksanaannya seturut kehendak
Allah sendiri. Janji itu bukan janji demokratis, jika ada demonstrasi yang
mendesak maka akan terjadi perwujudan janji atau bahkan ada juga yang berusaha
memanipulasi janjinya. Kuasa Janji Allah itu tidak terletak pada manusia atau
khalayak ramai, namun Allah pasti menepati janjiNya pada waktuNya sendiri. Jadi,
kedatangan Tuhan Yesus adalah bukti bahwa Allah berkuasa penuh atas janjiNya. Demikian
juga halnya pada kedatanganNya yang kedua kalinya (parusia), kedatangannya ada dalam genggaman kuasaNya.
Yesus adalah Anak Allah yang
berkuasa atas kematian
Yesus Kristus sudah menunjukkan bahwa diriNya berkuasa atas kematian. Terbukti
dalam kebangkitanNya dari kematian pada hari yang ketiga. Walaupun Yesus
Kristus menjalani kematian, bukan berarti Dia tidak berkuasa atas kematian. Namun
kematian Tuhan Yesus adalah bukti bahwa Dia berkuasa atas kematian setelah
kebangkitanNya. Tentang hal ini saya akan coba menerangkan secara rasional. “Sebab
bagaimana mungkin kita menyebutkan Yesus Kristus berkuasa atas kematian, jika
Yesus Kristus tidak menjalani kematian. Sudah pasti Tuhan Yesus juga tidak akan
bangkit dari kematian jika Dia tidak menjalani kematian. Jadi benar bahwasanya Yesus Kristus adalah
Anak Allah yang berkuasa atas kematian.
Yesus adalah Anak Allah yang
berkuasa Memberikan kasih Karunia
Kasih karunia adalah pemberian, tidak suap. Dalam Perjanjian Lama
banyak hal karunia (pemberian) baik yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain atau pemberian Allah kepada manusia. Dalam Perjanjian Baru Kasih Karunia
itu lebih menunjuk kepada pemberian Allah secara Cuma-Cuma atau hadiah (Dorea), pemberian yang baik (dosis), pemberian yang sempurna (dorema). Lalu dalam perikop ini yang dipakai ialah kata Kharis – Kharisma yang merupakan karunia yang baik dan cendrung
karunia-karunia rohani dari Allah.
Yesus sendiri memiliki kuasa dan berkuasa untuk memberikan kasih
karunia itu kepada manusia, karunia itu ialah karunia Roh Kudus, keselamatan
dan kehidupan yang kekal. Pada Yohanes 1:14 dikatakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam
di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Juga pada Yohanes 1:16 “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah
menerima kasih karunia demi kasih karunia”. Jadi dengan kuasanya Yesus
Kristus yang merupakan Anak Allah berkuasa untuk memberikan kasih karunia itu.
Yesus adalah Anak Allah yang
berkuasa Menguduskan Manusia dan Menjadi MilikNya
Akibat manusia yang terbatas dan karena keberdosaannya, maka manusia
tidak mampu membuat dirinya sendiri kudus. Manusia yang berdosa adalah kontras
terhadap Allah yang kudus. Oleh karenanya hanya yang kudus mampu dan berkuasa
untuk menguduskan sesuatu yang berdosa. Pada Perjanjian Lama Tuhan Allah
sendiri berfirman kepada bangsaNya agar hidup kudus, sebab Tuhan Allah itu
kudus adanya. Namun untuk mencapai kekudusan itu, tidak dapat diraih oleh usaha
dan kuasa manusia, sebab manusia berdosa sudah berdosa adanya. Yesus Kristus
sendiri yang memiliki kuasa untuk menguduskan dan bukan hanya menguduskan namun
juga dipanggil menjadi milikNya (Huria/Kuriakhe/Kuria).
Penutup
Tuhan Allah berkuasa atas segala sesuatu yang ada, sebab semua yang ada
adalah ciptaanNya. Kekuasaan Allah jauh lebih besar daripada apapun yang ada.
Tuhan Allah telah mewujudkan rencana keselamatan bagi manusia atas
kasih karuniaNya melalui kedatanganNya sebagai manusia, itulah Yesus Kristus
yang disebut Anak Allah.
Anak Allah itu adalah Tuhan Allah itu sendiri yang ada sejak semula dan
selamanya (Bandingkan Yohanes 1:1 dan 1 Yohanes 1:1). Dia adalah Allah yang
tidak berawal dan tidak berakhir dan kuasaNya tidak meliputi segala sesuatu dan
tidak akan berkesudahan.
Yesus Kristus yang berkuasa di awal, yang berkuasa sekarang, yang berkuasa
pada kedatangaNya dan juga yang akan datang dengan kuasaNya sampai selamanya. Dalam
Matius 20:18 Tuhan Yesus Berfirman “Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”.
Oleh karenanya, percayalah kepada Yesus Kristus sebab Dia adalah Tuhan
Allah yang berkuasa dalam setiap kehidupan. Serahkanlah dirimu kepada Yesus
Kristus dan biarkan Tuhan yang berkuasa dalam hidupmu, niscaya karya Allah akan
nyata dalam hidupmu di dunia sampai di sorga. Amen
Duri, 14 Desember 2016
Rev.Edward Manalu, STh